TRIBUNNEWS.COM – Berikut penjelasan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang penyebab suhu tinggi di Indonesia.
Menurut BMKG, kondisi suhu panas dengan nilai di atas 36°C tercatat di beberapa wilayah Indonesia seperti Deli Serdang (Sumatera Utara) 37,1°C, Medan (Sumatera Utara) 36,6°C, Kapuas Hulu (Kalimantan Barat). ) 36,6 °C, Sidorha (Jawa Timur) 36,6 °C dan Bengkulu 36,6 °C.
Diketahui, pekan lalu Deputi Departemen Meteorologi Guswant mengamati fenomena gelombang panas di beberapa wilayah Asia.
Dalam siaran pers BMKG, Guswanta mengatakan fenomena gelombang panas tidak ada kaitannya dengan kondisi suhu panas di Indonesia.
Pasalnya, udara panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini merupakan fenomena siklus yang terjadi setiap tahun akibat pergerakan semu matahari dan cuaca cerah sepanjang hari.
Gusvanta menjelaskan, menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), gelombang panas adalah peristiwa udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih berturut-turut yang suhu maksimum hariannya 5 derajat Celcius atau lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata.
Fenomena gelombang panas ini biasanya terjadi di wilayah garis lintang tengah seperti Eropa, Amerika, dan sebagian Asia.
“Dari sisi iklim, hal ini bisa terjadi karena anomali dinamika atmosfer menyebabkan udara panas terperangkap di wilayah dekat permukaan,” kata Gusvanta.
“Agar aliran udara tidak bergerak dalam skala besar, seperti sistem tekanan tinggi dalam skala besar dalam waktu yang cukup lama. Kondisi atmosfer seperti itu sulit terjadi di Indonesia yang berada di wilayah khatulistiwa,” ujarnya. kelanjutan
Selain itu, BMKG juga memperkirakan sebagian besar wilayah Indonesia yakni 63,66 persen wilayah monsun akan memasuki musim kemarau pada Mei hingga Agustus 2024.
“Musim kemarau sudah dimulai di sebagian wilayah Indonesia sejak awal bulan Mei, sedangkan sebagian wilayah lainnya masih mengalami perubahan musim atau masa pancaroba sehingga siang hari masih panas dan cerah. .Cuaca 1 Mei 2024,” jelas Gusvanta.
(tribunenews.com/latifa)