Laporan reporter Tribunnews.com Ayisya Nursyamsi
BERITA TRIBUN. ?
Autoimun dapat menyerang organ atau sistem organ mana pun di dalam tubuh, termasuk pembuluh darah. ?
Gejala umum penyakit ini antara lain kelelahan, nyeri sendi, masalah kulit, sakit perut, demam berulang, dan bengkak.
Jadi mengapa beberapa orang mengembangkan imunitas otomatis? ?
Dokter Endah Citraresmi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) berbagi tentang faktor risiko seseorang terkena penyakit autoimun.
Pertama, genetika mempunyai pengaruh paling besar. ?
“Misalnya ayah mengidap thalassemia dan ibu mengidap thalassemia, maka anak berisiko terkena thalassemia mayor. Ternyata mekanisme autoimunnya tidak sesederhana itu. Bisa jadi ibu mengidap autoimun A. Bisa jadi anak tersebut mengidap virus autoimun B.
Kedua, penyakit autoimun dapat disebabkan oleh gangguan imunitas atau disregulasi sistem imun. ?
Ketiga, ada faktor lingkungan. Terdapat interaksi antara gen dan lingkungan yang dapat menyebabkan penyakit autoimun. ?
“Meskipun masih banyak yang harus dipelajari dalam bidang ini, beberapa orang mempunyai masalah dengan pencemaran lingkungan dan penggunaan deterjen dan bahan pengawet dalam makanan,” katanya. ?
Sampai saat ini, banyak teori telah dikembangkan mengenai peran gen dan lingkungan dalam perkembangan penyakit autoimun. ?
Keempat, penyakit autoimun lebih banyak terjadi pada ras tertentu. ?
Misalnya, salah satu penyakit autoimun, lupus, lebih sering terjadi pada wanita, dengan angka kejadian 9 berbanding 1 pada wanita dibandingkan pria.
“Diduga dipengaruhi oleh hormon seks. Jadi estrogen bisa menyebabkan lupus. Sementara itu, hormon progesteron bisa melindunginya,” ujarnya. ?
Kelima, pada beberapa jenis penyakit autoimun seperti lupus, sinar matahari dapat memicu terjadinya autoimun. ?
Akhirnya tertular. Infeksi pada anak seringkali dikaitkan dengan pemicu autoimun. ?
“Jadi misalnya kita punya pasien yang baru saja mengidap penyakit autoimun, kalau kita selidiki, kita lihat apakah dia pernah terinfeksi sebelumnya,” ujarnya. ?