Kandidat calon presiden Iran diisi oleh sejumlah veteran, termasuk mantan presiden Mahmoud Ahmadinejad, 67 tahun, yang dikenal kontroversial, dan mantan ketua parlemen Ali Larijani.
Saeed Jalili juga masuk dalam daftar kandidat, seorang diplomat dan politisi revolusioner yang percaya pada kedaulatan Iran untuk mengembangkan teknologi nuklirnya sendiri.
Pendaftaran calon presiden di Iran dibuka pada 19 Mei setelah kematian Presiden Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter.
Penggantinya akan ditentukan melalui pemungutan suara pada 28 Juni. Seperti pada pemilu sebelumnya, kali ini pun tingkat partisipasi pemilih dinilai rendah.
Menurut Kantor Berita Qatar, jajak pendapat baru-baru ini menemukan bahwa sekitar 53,4 persen responden mengatakan mereka akan memilih, sementara 28,9 persen ragu-ragu.
Sebagai perbandingan, hanya 48% pemilih yang memilih pada Pilpres 2021 dan 42% pada pemilu legislatif Maret lalu. Kembalinya penyangkal bencana
Keputusan Ahmadinejad mencalonkan dirinya diyakini akan menambah tekanan terhadap Ayatollah Ali Khamenei.
Selama masa jabatannya pada tahun 2005 hingga 2013, dia beberapa kali secara terbuka melanggar instruksi pemimpin spiritual tersebut.
Pada tahun 2017, Khamenei memperingatkan Ahmadinejad bahwa pencalonannya akan semakin mempolarisasi bangsa, “yang dapat merugikan negara”.
Atas perintah Khamenei, Dewan Wali Iran memblokir pencalonannya pada pemilihan presiden tahun 2017 dan 2021.
Penyangkal kontroversial Holocaust ingin kembali ke kancah politik Iran di tengah kebuntuan perundingan mengenai program nuklir Iran dan ketegangan dengan Israel di Timur Tengah.
Ahmadinejad menjadi kandidat paling populer menggantikan mendiang Raisi.
“Permasalahan ekonomi, politik, budaya dan keamanan akan melampaui apa yang kita alami pada tahun 2013,” katanya mengacu pada akhir masa jabatannya.
“Hidup musim semi, panjang umur Iran,” katanya kepada wartawan saat rekaman di Kementerian Dalam Negeri di Teheran, Minggu (2/6).
Seperti Ahmadinejad, Ali Larijani dilarang mencalonkan diri pada pemilu 2021, yang dimenangkan oleh mendiang Raisi.
Pria berusia 66 tahun ini adalah salah satu orang paling terkenal di Iran. Pandangan politiknya mirip dengan mantan presiden Hassan Rouhani, yang pada tahun 2015 mendukung perundingan nuklir.
Larijani berasal dari salah satu keluarga paling berpengaruh dalam tradisi teokratis Iran. Dia mengatakan kepada wartawan bahwa misinya adalah untuk “mengakhiri masalah sanksi melalui keterbukaan ekonomi”, yang akan menjadi prioritas dalam agenda diplomatik Iran, katanya pada Jumat (31/5) usai rekaman tersebut.
Kandidat presiden lainnya, mantan gubernur Bank Sentral dan kandidat pemilu tahun 2021 Abdolnasse Hemmati, mengikuti garis serupa.
“Hari ini, saya masih bisa berharap untuk masa depan,” katanya. “Tidak ada yang lebih penting daripada kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.
Setelah masa pendaftaran selama lima hari, seluruh calon dipilih oleh Dewan Wali yang terdiri dari 12 ulama dan ahli hukum dan diawasi langsung oleh Ayatollah Khamenei. Dewan ini tidak pernah mengajukan kandidat perempuan atau kandidat yang menyerukan perubahan radikal terhadap konstitusi Republik Islam.
Rzn/yf (ap, rtr)