Penyakit Terkait Gangguan Saraf Otot Masih Banyak Disepelekan, Kenali Gejalanya

Reporter Tribune.com Eko Sutriyanto melaporkan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penyakit neuromuskular, salah satu penyakit kelainan neuromuskular langka, masih belum menarik perhatian banyak orang karena dianggap remeh dan dianggap sebagai penyakit langka.

Penyakit neuromuskular termasuk saraf terjepit (HNP), migrain, LS, sindrom Guillain-Barre, miastenia gravis, dan FSHD.

Dr. Luh Ari Indravati, ahli saraf dan terapi nyeri, mengatakan sangat sedikit rumah sakit yang menawarkan layanan untuk menangani penyakit neuromuskular, mulai dari penyakit umum hingga penyakit langka.

Berbicara pada pembukaan pusat neuromuskular pertama di Indonesia, Dr. Luhu Ari: “Sekarang sudah banyak rumah sakit yang menyediakan layanan kanker dan kardiologi, tapi penyakit saraf sudah jarang, apalagi mengobati segala penyakit mulai dari penyakit biasa hingga penyakit langka.” Di RS Mandaya, Kota Tangerang, Banten, Sabtu (22 Juni). 2024).

Berbagai gejala penyakit ini umum terjadi dan kelumpuhan dapat dihindari dengan pengobatan tepat waktu

Selain gelisah dan kedutan, gangguan bicara, badan lemas terus-menerus, nyeri otot yang tidak diketahui penyebabnya, dan kelopak mata terkulai di salah satu sisi juga bisa menandakan adanya gangguan otot akibat kerusakan saraf, kata Luh Ari.

“Tidak jarang penderita penyakit ini salah didiagnosis karena gejala penyakit neuromuskular tidak spesifik dan mirip dengan penyakit lain,” ujarnya.

Benedictus Vidaja, President Mandaya Hospital Group, mengatakan dengan adanya pusat neuromuskular ini, pasien dengan gangguan muskuloskeletal tidak perlu bepergian ke luar negeri untuk berobat. 

“Neuromuskular berasal dari kata neuro yang berarti saraf dan otot yang berarti otot. Pusat pelayanan ini fokus pada penyakit yang menyerang otot akibat gangguan saraf pada tubuh,” ujarnya.

Benedictus Vidaja mengatakan timnya juga berkomitmen untuk membantu lebih banyak penderita penyakit muskuloskeletal dan saraf agar dapat didiagnosis dini melalui donasi hingga Rp 500 juta.

Ia berkata: “Kami bekerja sama dengan Vidya Foundation untuk membantu pasien di Indonesia yang membutuhkan tes genetik langka.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *