TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Amerika Serikat dinyatakan positif mengidap flu burung H5N1 pada seekor babi di halaman belakang peternakan di Oregon.
Babi tersebut dinyatakan positif mengidap flu burung H5N1, yang merupakan kasus pertama di Amerika Serikat.
Departemen Pertanian AS mengatakan pada Rabu (30/10/2024) bahwa babi-babi tersebut ditemukan terinfeksi pada Selasa, empat hari setelah unggas di peternakan yang sama dinyatakan positif mengidap virus yang sangat menular tersebut.
“Peternakan ini tidak komersial dan hewan-hewan tersebut tidak dimaksudkan untuk pasokan makanan komersial,” kata badan tersebut dalam sebuah pernyataan. “Sebagai hasil dari temuan ini, tidak ada kekhawatiran mengenai keamanan pasokan daging babi di negara ini.”
Pihak berwenang melakukan eutanasia terhadap babi tersebut, serta empat babi lainnya yang dipelihara di peternakan “untuk memfasilitasi analisis diagnostik tambahan”, kata seorang pejabat USDA kepada Manila Times.
Dua ekor babi dinyatakan negatif flu burung, dan dua sisanya masih menunggu hasil. Menurut badan tersebut, babi yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala penyakit apa pun.
Ternak dan unggas yang terinfeksi dikatakan berbagi tempat tinggal, peralatan dan sumber air, yang secara historis memungkinkan penularan virus H5N1 lintas spesies.
Peternakan telah dikarantina untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut dan hewan lain di peternakan, termasuk domba dan kambing, berada di bawah pengawasan.
Pakar kesehatan masyarakat telah menyatakan keprihatinannya mengenai meningkatnya jumlah mamalia yang terinfeksi flu burung, karena khawatir bahwa peningkatan sirkulasi akan memungkinkan virus tersebut berubah menjadi bentuk yang dapat ditularkan ke manusia.
Namun, pengambilan sampel genetik dari unggas yang terinfeksi di sebuah peternakan di Oregon “tidak mengungkapkan perubahan apa pun pada virus H5N1 yang menunjukkan bahwa virus tersebut lebih mudah menular ke manusia,” kata USDA.
Mereka sedang melakukan pengurutan genom pada sampel babi, dan hasilnya masih menunggu keputusan.