Penulis Jhumpa Lahiri Tolak Penghargaan Museum Noguchi di NYC setelah Larangan Keffiyeh

TRIBUNNEWS.COM – Penulis pemenang Hadiah Pulitzer Jhumpa Lahiri menolak menerima penghargaan dari Museum Noguchi di New York City (NYC), setelah museum tersebut memecat tiga stafnya karena mengenakan hijab keffiyeh, simbol persatuan Palestina.

Perlu diketahui, Hadiah Pulitzer merupakan penghargaan tertinggi di bidang jurnalisme cetak di Amerika Serikat.

Penghargaan ini juga diberikan atas prestasi di bidang sastra dan komposisi musik.

Selain itu, museum, yang didirikan hampir 40 tahun lalu oleh desainer Jepang-Amerika Isamu Noguchi, mengumumkan pada bulan Agustus bahwa karyawan tidak boleh mengenakan pakaian atau aksesori yang menyampaikan pesan politik, slogan, atau simbol selama jam kerja mereka.

“Jhumpa Lahiri telah memilih untuk menarik kembali penerimaannya atas penghargaan Isamu Noguchi 2024 sebagai tanggapan atas kebijakan aturan berpakaian kami yang diperbarui,” kata pihak museum dalam pernyataannya Rabu (25/9/2024), seperti dilansir New York Times.

“Kami menghormati pendapatnya dan memahami bahwa kebijakan ini mungkin sejalan atau tidak dengan pandangan semua orang.”

Dalam pernyataan terpisah yang dipublikasikan di situs tersebut, direktur museum Amy Hau menjelaskan bahwa kebijakan tersebut bertujuan untuk mencegah campur tangan tak kasat mata dari berbagai pengunjung museum, lansir Al Jazeera.

Aturan berpakaian baru museum “memungkinkan kami untuk tetap fokus pada misi inti kami, yaitu mempromosikan pemahaman dan apresiasi terhadap seni dan warisan Isamu Noguchi.”

Menurut NYT, Lahiri dan Lee Ufan, seorang pelukis, pematung dan penyair minimalis kelahiran Korea, akan menerima Penghargaan Isamu Noguchi di acara amal musim gugur museum bulan depan.

“Ufan masih diharapkan menerima penghargaan tersebut,” kata pihak museum.

Lahiri, yang memenangkan Hadiah Pulitzer pada tahun 2000 untuk bukunya, Interpreter of Maladies, adalah satu dari ribuan akademisi yang menandatangani surat pada bulan Mei kepada rektor universitas AS, menyatakan solidaritas terhadap protes kampus terhadap perang Israel di Gaza, dan menyebutnya “. kehancuran yang tak terkatakan.”

Di seluruh dunia, jilbab keffiyeh hitam-putih dikenakan oleh pengunjuk rasa yang menyerukan diakhirinya perang Israel di Gaza.

Pendukung Israel mengatakan hal itu menandakan dukungan terhadap terorisme. Dia diserang karena memakai keffiyeh

Pada bulan November, tiga pelajar keturunan Palestina di negara bagian Vermont, AS, tewas dalam serangan, The Guardian melaporkan.

Dua di antaranya mengenakan keffiyeh.

Warga Amerika lainnya juga kehilangan pekerjaan karena sikap mereka terhadap perang Israel-Gaza, menurut laporan Reuters.

Pada bulan Mei, sebuah rumah sakit di Kota New York memecat seorang perawat Palestina-Amerika setelah dia menyebut tindakan Israel di Gaza sebagai “genosida” dalam pidato penerimaan penghargaan.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *