Penjualan Mobil di Thailand Ambles, Januari-Juli Cuma Terjual 354 Ribuan Unit

Seperti dilansir Tribunnews.com, Lita Febriani

TRIBUNNEWS.COM – Menurunnya pasar mobil tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di Thailand. Federasi Industri Thailand (FTI) menyebutkan penjualan mobil di Thailand antara Januari hingga Juli 2024 turun 23,7 persen menjadi 354.421 unit dibandingkan 464.550 pada periode yang sama tahun lalu.

FTI mengatakan perlambatan pasar disebabkan oleh utang rumah tangga yang lebih tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah.

“Bank terus memperketat kriteria pinjaman bagi calon pembeli mobil karena kekhawatiran bahwa kredit bermasalah akan mencapai $250 miliar,” kata wakil presiden dan juru bicara FTI Automobile Industry Club. tahun , Surapong Paisitpatanapong dari Bangkok Post, Jumat (30/8/2024).

Akses terhadap pinjaman mobil masih sulit pada saat rasio utang negara terhadap PDB mencapai 91 persen. Hal ini berdampak besar terhadap penjualan mobil dalam negeri.

Jumlah mobil penumpang turun 36,6 persen, dari 149.034 pada 2023 menjadi 94.497 pada tahun ini. Alasan utama penurunan pasar Thailand sebenarnya berasal dari pengumpulan bersih. Segmen tersebut turun 39,6 persen menjadi 102.748 unit dari 169.994 unit pada tahun lalu.

“Penjualan bersih pikap yang rendah menjadi penyebab utama menurunnya penjualan mobil dalam negeri,” kata Surapong.

Pada bulan Juli, penjualan bersih pickup turun 35,1 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 13,167 unit, menurut catatan FTI.

Secara keseluruhan, penjualan mobil di Thailand pada bulan Juli mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu sebesar 20,5 persen. Volume penjualan turun menjadi 46.394 unit, turun 16,6 persen year-on-year menjadi 124.829 unit.

Penurunan penjualan mobil selama berbulan-bulan di Tanah Air membuat FTI memangkas target produksi mobil 2024 dari 1,9 juta menjadi 1,7 juta.

Ekspor mobil Thailand pada bulan Juli turun 22,7 persen tahun-ke-tahun menjadi 83.527 unit karena konflik geopolitik, khususnya di Timur Tengah.

Hal ini mempengaruhi transportasi, menyebabkan keterlambatan pengangkutan kendaraan ke negara-negara di kawasan dan Eropa.

Pada Januari-Juli, pengapalan mobil Negeri Gajah Putih turun 5,39 persen year-on-year menjadi 602.567 unit.

“Konflik geopolitik mempengaruhi pasar ekspor di Timur Tengah dan Eropa, sementara Afrika, Asia Tengah dan Amerika Selatan mengalami resesi,” kata Surapong.

Surapong meminta pihak berwenang mengambil langkah lebih lanjut untuk meningkatkan perekonomian dan daya beli konsumen. Dia juga ingin pemerintah terus menyuntikkan uang ke dalam perekonomian melalui belanja.

Rencana alokasi anggaran tersebut disetujui DPR pada Maret lalu untuk memperkuat perekonomian secara keseluruhan setelah tertunda beberapa bulan dalam rencana anggaran tahun anggaran 2024 yang dimulai pada 1 Oktober tahun lalu.

Penundaan ini disebabkan oleh panjangnya proses pembentukan pemerintahan koalisi pimpinan Pheu Thai pasca pemilu 2023.

Berikut data penjualan mobil Thailand Januari hingga Juli 2024:

Mobil penumpang: 149.034 unit (2023), 94.497 unit (2024), berkurang 36,6 persen.

Pickup Murni: 169.994 unit (2023), 102.748 unit (2024), turun 39,6 persen.

Kendaraan penumpang: 37.940 unit (2023), 21.814 unit (2024), turun 42,5 persen.

Truk: 15.422 (2023), 9.657 (2024), turun 37,4%

Segmen lainnya: 9.063 unit (2023), 7.985 unit (2024), berkurang 11,9 persen.

BEV: 35.781 unit (2023), 40.343 unit (2024), meningkat 12,8 persen.

PHEV: 1.454 unit (2023), 1.363 unit (2024), turun 6,26 persen.

HEV: 45.862 unit (2023), 76.014 unit (2024), meningkat 65,8 persen.

Total penjualan ICE dan EV: 464,550 (2023), 354,421 (2024), turun 23,7 persen.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *