TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 280 juta jiwa menjadi salah satu tujuan pasar utama industri otomotif di banyak negara.
Misalnya saja Jepang yang merupakan salah satu negara yang banyak berinvestasi di sektor otomotif Indonesia.
Direktur Eksekutif Institute for Economic and Financial Development (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan produsen mobil Jepang memiliki posisi yang kuat di pasar Indonesia berkat jaringan distribusi yang mapan, layanan purna jual yang andal, dan reputasi konsumen atas kualitas produknya. sudah lama dipercaya
Tauhid mengatakan dominasi tersebut tidak boleh menjadi alasan untuk mengabaikan perlunya pengawasan yang ketat untuk menjamin terciptanya persaingan usaha yang sehat.
Menurutnya, pemerintah harus membuat kebijakan yang mendorong lebih banyak investasi produsen mobil dari berbagai negara.
Dengan cara ini, jumlah produsen yang bersaing di pasar dalam negeri dapat bertambah sehingga memberikan lebih banyak pilihan kepada konsumen.
Pertama-tama, akan terungkap bahwa investasi di industri otomotif jauh lebih banyak, lebih banyak pabrikan. Hambatan investasi di industri otomotif, katakanlah, harus berekspansi, kata Tauhid. , dikutip Dari Kompas.com, Kamis (12/12/2024).
Di balik peluang pasar tersebut, pasar mobil Indonesia bukannya tanpa tantangan.
Salah satu yang perlu diantisipasi adalah penurunan jumlah penjualan mobil Penjaga Perdamaian Pemegang Merek (ATPM).
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memaparkan data Januari hingga November 2024, total penjualan grosir mobil tercatat 784.788 unit atau turun 14,7 persen year-on-year (tahunan) dari 920.518 unit pada periode yang sama tahun 2023.
Sementara itu, penjualan ritel juga turun 11,2 persen (year-on-year) menjadi 806.721 unit dalam 11 bulan tahun 2024, dibandingkan 908.473 unit pada periode yang sama tahun 2023.
Direktur Pemasaran Penjualan PT Suzuki Indomobil Donny Saputra mengungkapkan, ada tiga faktor utama yang menjadi kunci penjualan kendaraan yang dapat dioptimalkan dalam penjualan kendaraan.
Faktor-faktor tersebut antara lain peluncuran model baru, kondisi perekonomian, dan peraturan pemerintah.
Menurutnya, waktu peluncuran model baru sangat mempengaruhi dinamika pasar, sedangkan kondisi perekonomian global dan kebijakan pemerintah seperti peraturan emisi dan impor menjadi faktor penting.
“Saat ini industri mobil sedang terhenti, tapi ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal, bukan karena pasar tidak kompetitif,” ujarnya.
Donny menambahkan, jika berbicara persaingan perusahaan, Indonesia termasuk salah satu negara yang dinilai sehat dalam hal penjualan kendaraan.
Bahkan, ia meyakini pasar oligopoli Indonesia pada akhirnya sangat menguntungkan konsumen.
Produsen kendaraan bersaing secara terbuka dengan menawarkan produk unggulan dan inovasi, sehingga keberhasilan di pasar sangat bergantung pada pilihan konsumen.
Selain itu, harga dan inovasi yang dilakukan produsen menentukan volume penjualan.
Menurut dia, industri otomotif Indonesia memiliki tingkat persaingan yang sangat sehat.
“Yang menguasai pasar adalah pilihan konsumen. Produsen menawarkan produk unggulan dan inovasi, jadi murni persaingan, bukan oligopoli,” jelasnya.
Selain itu, faktor lain yang menghambat pertumbuhan pasar penjualan mobil dalam negeri adalah terkait dugaan kebijakan Agen Perdamaian Pemegang Merek (ATPM) yang membatasi tempat dealer melalui perjanjian eksklusivitas.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Apa Peluang dan Tantangan Industri Otomotif di Indonesia?”