Penjelasan Perum Bulog Terkait Dugaan Mark Up Impor Beras dan Demurrage

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Urusan Logistik (Bulog) Perum kembali didera isu macet dan tudingan menaikkan harga beras impor.

Seperti diketahui, Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas dugaan empat impor beras.

Terkait isu kenaikan gaji yang juga dilaporkan oleh kelompok lain, sesuai tawaran perusahaan asal Vietnam bernama Tan Long Group, ternyata lembaga tersebut sudah terdaftar sebagai salah satu mitra Perum BULOG dalam proyek impor, namun hingga saat ini belum tersalurkan. . penawaran harga dari BULOG.

“Perusahaan Vietnam Tan Long yang disebut-sebut menawarkan beras tersebut, belum mengajukan penawaran sejak pembukaan tender tahun 2024. Jadi kami tidak memiliki kontrak impor tahun ini,” kata Mokhamad Suyamto, direktur rantai pasokan dan urusan masyarakat di Vietnam. Perum Bulog dalam sambutannya, Rabu (03/07/2024).

Sementara itu, Direktur Transformasi dan Hubungan Antar Lembaga Perum Bulog Sonya Mamoriska mengatakan Perum Bulog mendapat tugas mengimpor beras dari Kementerian Perdagangan sekitar 3,6 juta ton pada tahun 2024.

Menurut dia, pada Januari-Mei 2024 jumlah produk luar negeri meningkat menjadi 2,2 juta ton.

“Kami akan melanjutkan komitmen kami untuk tetap menjadi pemimpin terpercaya dalam layanan pesan-antar makanan untuk berkontribusi lebih banyak bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia dan tentunya sejalan dengan empat perubahan kami,” kata Sonya Mamorisk dalam keputusan tersebut.

Awalnya, Bayu Krisnamurthi menjelaskan hukuman tersebut kepada Komisi IV DPR pada Kamis, 20 Juni 2024.

Dalam kondisi tertentu, pengurangan atau penundaan bongkar muat merupakan bagian yang tidak dapat dihindari dari risiko penanganan barang luar negeri. Jadi misal dijadwalkan 5 hari jadi 7 hari. Mungkin karena hujan, pelabuhan penuh, petugas tidak ada karena hari libur dan lain-lain.

“Untuk mengurangi permasalahan impor, downtime merupakan biaya yang harus diperhatikan dalam proyek impor. Ini merupakan bagian dari biaya yang masuk dalam perhitungan anggaran perusahaan importir atau eksportir,” kata Bayu Krisnamurthi.

Saat ini Bulog masih menghitung besaran demurrage yang harus dibayar, termasuk negosiasi dengan Pelindo, asuransi, dan perusahaan pelayaran.

Bayu mengatakan tarif demurrage yang harus dibayar tidak melebihi 3 persen dibandingkan harga barang impor.

Sementara itu, pakar pangan Indonesia Tito Pranolo mengatakan diskusi mengenai penutupan tidak akan lengkap tanpa membahas pengirimannya.

“Pengiriman tersebut merupakan bonus yang diberikan karena pengiriman barangnya cepat, bahkan Perum Bulog sudah mencapai level orang yang melakukan pekerjaan, sudah mendapat pengelola impor beras dari pemerintah dan sampai saat ini Perum Bulog belum menjadi beban berat bagi masyarakat karena situasi ini,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *