Pengusaha Minta Pemerintah Tak Buat Kebijakan yang Menekan Daya Beli Masyarakat Kelas Menengah

Laporan reporter Tribunnevs.com Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEVS.COM, JAKARTA – Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) meminta pemerintah menghindari kebijakan yang berpotensi menekan daya beli masyarakat menengah ke bawah.

Presiden APPBI Jenderal Alphonzus Vidjaya juga menyoroti rencana pemerintah yang memungut iuran Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) dari gaji pekerja.

Ia mengaku tidak setuju dengan rencana pemungutan biaya Tapera sehingga mengusulkan agar pelaksanaannya ditunda.

Selain labelnya yang tidak jelas, hal ini juga berpotensi mengganggu daya beli masyarakat menengah ke bawah, kata Alphonsus kepada wartawan di Jakarta Pusat, Selasa (30/7/2024).

Dia kemudian menyoroti rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 12%.

Alphonzus pun berharap rencana kenaikan PPN bisa ditunda.

Menurut dia, hal ini bisa mempengaruhi harga jual, dimana jika harga jual naik maka masyarakat menengah ke bawahlah yang paling terkena dampaknya.

“Bagi masyarakat menengah ke bawah akan sangat terasa. Ujung-ujungnya akan menurunkan daya beli. Kalau semua menerapkan maka akan membuat keadaan semakin tidak sehat,” tuturnya.

Alphonsus menyadari pemerintah membutuhkan tambahan pendapatan negara. Namun, hal itu tidak boleh dilakukan dengan menaikkan suku bunga.

Dia mencontohkan kebijakan pengurangan beberapa pajak daerah. Misalnya, pajak mainan anak dan hiburan film yang biasanya sebesar 25-30 persen kini diturunkan maksimal 10 persen.

Rupanya, kata Alphonsus, bisnis ini meningkat dan banyak pengusaha baru yang mulai terjun di bidang mainan anak. Transaksi juga meningkat dua kali lipat.

“Pada akhirnya, pemerintah bisa mendapatkan lebih banyak (banyak) dari kenaikan tarif,” katanya.

Oleh karena itu, dia meminta kembali agar PPN tidak dinaikkan menjadi 12%. Waktunya juga disebut tidak tepat jika rencana ini dilaksanakan di masa depan.

“Sebaiknya ditunda, ini belum waktunya. Pembangunan saat ini belum maksimal, maka dorong dulu pembangunannya semaksimal mungkin, baru mainkan ritmenya,” kata Alphonzus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *