Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Bakar Area Kedutaan Israel di Meksiko, 16 Polisi Dilarikan ke RS

TRIBUNNEWS.COM – Pada Selasa (28/5/2024), pengunjuk rasa pro-Palestina berdemonstrasi di kedutaan Israel di Meksiko.

Mereka mengutuk serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di kota Rafah di Jalur Gaza.

Sejumlah kecelakaan kebakaran dilaporkan terjadi di wilayah KBRI, di lima terminal bus, dan beberapa toko. Sebuah mobil polisi dan beberapa bangku taman rusak. 

The Jerusalem Post melaporkan bahwa 16 petugas polisi dibawa ke rumah sakit karena luka bakar dan cedera lainnya. Dua petugas polisi lainnya juga hadir di lokasi kejadian.

Dilaporkan jumlah pengunjuk rasa bertambah menjadi sekitar 200 orang. Mereka berpartisipasi dalam demonstrasi “Aksi Darurat untuk Rafah”.

Bentrokan terjadi antara pengunjuk rasa dan polisi setelah beberapa pengunjuk rasa mencoba menerobos barikade untuk maju menuju gedung kedutaan.

Para pengunjuk rasa menutupi wajah mereka dan melemparkan batu. Polisi kemudian menggunakan gas air mata dan melemparkan batu ke arah pengunjuk rasa.

Tindakan tersebut dilakukan setelah Israel menyerang kamp pengungsi Palestina di Rafah. Sedikitnya 45 orang tewas dalam serangan itu dan kebakaran terjadi.

Gambar di situs Al Jazeera menunjukkan beberapa pengunjuk rasa mengecat pipi mereka dengan cat berwarna bendera Palestina.

Yang lain mengecat tangan mereka dengan cat merah darah dan menyalakan asap merah.

Salah satu foto menunjukkan baku tembak antara pengunjuk rasa dan barikade polisi. Para pengunjuk rasa melemparkan bom molotov dan melukai beberapa petugas polisi. Polisi dituduh melakukan kebrutalan

Kelompok BDS Meksiko, yang mendorong demonstrasi, melaporkan kebrutalan polisi.

Menurut mereka, polisi menggunakan gas air mata, alat pemadam kebakaran, dan melemparkan batu ke arah pengunjuk rasa.

Menurut BDS Mexico, para pengunjuk rasa termasuk anak-anak, orang tua dan orang-orang berkebutuhan khusus.

“Kami menyatakan solidaritas kami kepada rakyat Palestina dan semua orang yang berdemonstrasi mendukung perjuangan mereka,” kata GDL Comité de Solidaridad con Palestine melalui Instagram pada hari Rabu.

“Kami tidak akan berhenti bersuara melawan ketidakadilan dan penindasan di sini dan di seluruh dunia,” tambahnya.

Meksiko secara sukarela bergabung dengan Afrika Selatan dalam menggugat Israel di Mahkamah Internasional, atau ICJ, pada hari Selasa, surat kabar The New Arab mengutip pernyataannya. Israel dituduh melakukan genosida di Gaza.

Beberapa negara lain juga bergabung dengan Afrika Selatan, termasuk Turki, Kolombia, dan Mesir.

Meksiko melaporkan adanya “hambatan terhadap bantuan kemanusiaan” dan “penghancuran warisan budaya”.

Negara ini percaya bahwa genosida dapat dilakukan selama konflik bersenjata.

Inti dari kejahatan genosida terletak pada keinginan pelaku untuk menghancurkan kelompok sasarannya, kata Genisco. Draf terakhir

Tank Israel tiba di pusat Rafah pada Selasa pekan ini.

Saksi mata melaporkan bahwa pasukan Israel menduduki bundaran Al-Awda di Rafah.

Serangan Israel terhadap Rafah semakin meningkat. Misalnya, pada hari yang sama, Israel melancarkan serangan udara terhadap pemukiman Tel Al Sultan, menewaskan sedikitnya 16 warga Palestina.

Sementara itu, pada Minggu (26/5/2024), Israel menyerang tenda Palestina dan menewaskan puluhan warga Palestina.

“Kami mengeluarkan anak-anak yang terpotong-potong [dari reruntuhan]. Kami mengeluarkan yang muda dan yang tua,” kata Mohammed Abuassa, seorang warga Gaza yang menyaksikan serangan Israel, menurut laporan Reuters.

Para pemimpin dunia mengutuk serangan itu dan meminta Israel untuk mengakhiri operasinya di Rafah.

“Operasi ini harus dihentikan. Tidak ada wilayah aman bagi warga sipil Palestina di Rafah. Saya meminta penghormatan penuh terhadap hukum internasional dan gencatan senjata segera,” kata Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui media sosial X.

Seorang perwakilan Dewan Keamanan Nasional (AS) mengatakan bahwa Israel “berhak mencari Hamas”.

Namun, ia juga menyatakan keprihatinannya atas banyaknya korban warga sipil.

“Israel harus mengambil semua tindakan yang mungkin dilakukan untuk melindungi rakyatnya,” kata juru bicara tersebut, menurut Time.

(Tribunnews/Februari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *