Dilansir reporter Tribunnews.com, Rina Ayo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia semakin bertambah usianya.
“Proporsi penderita hipertensi usia 18-59 tahun yang sedikit melakukan aktivitas fisik 1,9 kali lebih tinggi dibandingkan penderita hipertensi yang cukup melakukan aktivitas fisik,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan. , dr Eva Susanti dalam jumpa pers beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan, proporsi penderita hipertensi berusia 18 hingga 59 tahun dengan obesitas sentral atau kelebihan lemak perut 3,4 kali lebih tinggi dibandingkan penderita hipertensi yang tidak mengalami obesitas sentral. .
Selain itu, proporsi pasien hipertensi berusia di atas 60 tahun yang mengalami obesitas sentral juga sama dengan proporsi pasien hipertensi yang tidak mengalami obesitas sentral.
Eva mengatakan, hipertensi dapat diturunkan dengan perilaku hidup sehat ‘OBEY’, yaitu dengan rutin memeriksakan kesehatan dan mengikuti anjuran dokter, sehingga penyakit tersebut dapat diobati dengan baik dan teratur.
“Pertahankan pola makan dengan gizi seimbang, usahakan aktivitas fisik yang aman, hindari rokok, alkohol, dan zat karsinogenik lainnya,” sarannya.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia, 90-95 kasus didominasi oleh hipertensi esensial.
Di Indonesia, menurut survei gabungan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dan penyakit tidak menular (PTM) 2011-2021, hipertensi merupakan faktor risiko kematian terbesar keempat dengan angka 10,2 persen.
Ia mengatakan, perilaku masyarakat yang dapat meningkatkan faktor risiko hipertensi antara lain merokok, kurang aktivitas fisik, kurang makan sayur dan buah, serta mengonsumsi makanan asin.
Presiden Perhimpunan Hipertensi Indonesia (INASH, 2019-2021) Dr. Uggul D. Situmorang mengatakan, banyak faktor penyebab hipertensi, antara lain stres, usia, keturunan, garam, dan obesitas.
Ia mengatakan, hipertensi dapat menyebabkan komplikasi seperti stroke, kebutaan, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Namun penyakit darah tinggi atau tekanan darah tinggi dapat diturunkan dengan rutin berolahraga, menjaga pola makan sehat, mengurangi asupan garam, minum obat, dan menghindari stres.
“Ada begitu banyak pilihan obat, begitu banyak obat, sehingga Anda harus mengetahui cara kerjanya, digunakan untuk siapa, dan cara penggunaan yang baik dan benar,” kata Dr. Stump.
Terapkan perilaku ‘cerdas’ untuk menurunkan hipertensi dan mencegah penyakit tidak menular lainnya, seperti rutin memeriksakan kesehatan, berhenti merokok, aktif fisik, makan makanan seimbang, istirahat yang cukup, kata Dr Uggul. Ya, kelola stres.
Peran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam pengendalian hipertensi adalah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap faktor risiko hipertensi.
Selain itu, Kementerian Kesehatan juga mensosialisasikan pentingnya pola hidup sehat, diagnosis dini, pemberian pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat, termasuk pelayanan diagnosis dan penatalaksanaan/protokol serta pengobatan penyakit hipertensi dan hipertensi. dikendalikan.