Penggunaan Kendaraan Listrik Melonjak, Negara ASEAN Didorong Berkolaborasi Pengembangan Baterai

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penggunaan kendaraan listrik (EV) saat ini terus tumbuh signifikan.

Hal ini sejalan dengan pertumbuhan produksi baterai listrik yang diperkirakan mencapai 8,8 ribu GWh pada tahun 2040.

Tren tersebut menyebabkan beberapa hal perlu dipertimbangkan, seperti pengamanan pasokan bahan baku komponen penyusun baterai.

Terkait ketersediaan bahan baku komponen pembentuk baterai, berbagai negara ASEAN, termasuk Indonesia, mempunyai posisi yang kuat dalam hal potensi bahan baku pembentuk baterai seperti nikel, bauksit, dan timah.

Direktur Hubungan Kelembagaan Indonesia Battery Corporation Reynaldi Istanto menyatakan potensi tersebut merupakan potensi daerah yang dapat dikembangkan bersama melalui kerja sama.

“Sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi teknologi, serta berkontribusi pada transisi global menuju solusi energi berkelanjutan,” kata Reynaldi seperti dikutip, Senin (26/8/2024).

Ia mengatakan ada fokus keberlanjutan yang harus diperhatikan untuk mendukung implementasi kerja sama regional tersebut.

Pertama, sektor industri yang fokus pengembangannya berdasarkan potensi terkuat ASEAN, yaitu material baterai berbasis nikel.

Kedua, sektor rantai pasok yang fokus pada pengembangan hilirisasi bahan baku dan koproduksi bahan baterai lainnya.

Ketiga, bidang usaha yang fokus pada pengembangan industri baterai terintegrasi mulai dari pertambangan, peleburan/pemurnian, PCAM, baterai hingga fasilitas produksi EV.

Oleh karena itu, kata Reynaldi, Indonesia memiliki komitmen kuat untuk mengembangkan proses produksi industri baterai yang terintegrasi, dari hulu hingga hilir, untuk pengolahan nikel dan bahan utama baterai lainnya.

Oleh karena itu, Indonesia Battery Corporation (IBC) didirikan pada tahun 2021 untuk menjadi pemain kunci dalam pengolahan bahan baku baterai, dimulai dari nikel, yang kemudian berkembang hingga mengolah bahan lain seperti mangan dan kobalt.

“Posisi IBC pada tahun 2030 diharapkan menjadi perusahaan yang bergerak di ekosistem ketenagalistrikan dan baterai global,” jelasnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, untuk membangun ekosistem rantai terintegrasi ini, IBC telah menjalin berbagai kolaborasi dengan mitra global dan tetap terbuka untuk kemitraan lebih lanjut dengan pemain ASEAN.

“Kolaborasi ini sangat penting untuk memperkuat ekosistem EV regional,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *