TRIBUNNEVS.COM, JAKARTA – Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 9 dan 10 di kawasan Suralaya, Banten menggunakan green hydrogen dan green amoniak dalam proses produksinya.
Menanggapi hal tersebut, Analis Senior Institute for Essential Services Reform (IESR) Farid Vijaya berharap PLTU lain dapat meniru inisiatif ini.
“Jika berhasil di beberapa PLTU dan mempertimbangkan aspek teknis yang tepat, maka tidak menutup kemungkinan untuk mengadopsi hidrogen dan amonia di PLTU lainnya,” tulis Farid, Senin (29/07/2024).
Farid terus menekankan pentingnya menyiapkan media penyimpanan hidrogen yang aman, andal, dan murah secara operasional.
Sekadar informasi, PLTU Jawa 9 dan 10 merupakan pembangkit listrik pertama di Indonesia yang menggunakan amoniak dan hidrogen hijau selain batu bara.
Langkah ini sejalan dengan Roadmap Transisi Energi untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 yang berfokus pada pengembangan energi baru dan terbarukan yang ramah lingkungan.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjelaskan dalam situs resminya bahwa hidrogen dan amonia digunakan tidak hanya sebagai energi baru, tetapi juga sebagai penyimpan dan pembawa energi untuk mengoptimalkan penggunaan energi baru terbarukan dan menghubungkan sumber energi dengan permintaan. . .
Farid menjelaskan hidrogen dan amonia mempunyai peranan penting dan diharapkan dapat menggantikan peran penting bahan bakar fosil sebagai sumber energi dan produk kimia sebagai bahan baku industri.
Peran hidrogen sangat besar, apalagi akhir-akhir ini banyak negara berlomba-lomba memposisikan diri sebagai pusat teknologi, produsen, dan konsumen.
“Hidrogen yang diimpikan di masa depan adalah hidrogen dengan jejak karbon rendah, khususnya hidrogen hijau yang berasal dari energi terbarukan hasil elektrolisis air dan listrik,” ujarnya.
Pada kesempatan terpisah, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadja Mada (UGM), Fahmi Radhi mengatakan, pemerintah bisa saja mengajak perguruan tinggi untuk mengembangkan co-firing agar bisa menggunakan amonia 100 persen.
“Perlu penelitian dan pengembangan untuk menemukan teknologi pengolahan amonia yang dapat digunakan oleh pembangkit listrik,” ujarnya.
Sebelumnya, PT Indo Raia Daya (IRT) selaku pemilik sekaligus operator PLTU Jawa 9 dan 10 telah menandatangani nota kesepahaman atau nota kesepahaman dengan Doosan Energy (Korea Selatan) pada acara ASEAN Business Roundtable ke-43 di Jakarta, September lalu. tahun
Keduanya sepakat menjadikan PLTU atau pembangkit listrik Java 9 dan 10 Ultra Selective Catalytic Reduction (USCR) sebagai pembangkit hybrid pertama yang menggunakan amonia dan hidrogen yang ramah lingkungan atau ramah lingkungan.