Pengendalian Ganoderma Pemicu Kematian Tanaman Kelapa Sawit harus Dilakukan Terpadu

Laporan reporter Tribunnews.com, Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pertemuan kedua Ganoderma Management Roundtable menyepakati perlunya tindakan bersama untuk mengendalikan Ganoderma termasuk seluruh petani minyak.

Hingga saat ini permasalahan tersebut belum dapat diselesaikan dengan tindakan yang sistematis karena selain ditularkan melalui kontak dengan akar yang ada di dalam tanah, Ganoderma disebarkan melalui spora yang disebarkan oleh air hujan, angin, kumbang atau hewan.

Ganoderma merupakan penyebab pembusukan dan kanker pada pohon palem.

Presiden Masyarakat Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (MAKSI) Darmono Taniviryono mengatakan Ganoderma merupakan musuh bersama industri sawit dan di sisi lain jumlah tenaga kerja tambahan yang mengelola sawit sangat sedikit.

Permasalahan utama yang dihadapi dalam budidaya Ganoderma adalah banyaknya petani kelapa sawit dengan pendidikan, pengetahuan, budaya dan kondisi ekonomi yang berbeda-beda, mulai dari luas lahan 6,7 juta hektar dan rata-rata kepemilikan 2-4 hektar per tanaman. petani,” kata Darmono, Senin (9/9/2024).

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menyelenggarakan safari Ganoderma 3 pada tanggal 27 hingga 31 Agustus 2024 di dua tempat yaitu Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara dan Indragiri Hilir, Riaz.

Kegiatan yang didukung oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) meliputi peningkatan kapasitas untuk mengidentifikasi, menyebarkan dan mengendalikan Ganoderma.

“Juga meningkatkan kesadaran bagi seluruh petani kelapa sawit dan pemangku kepentingan lainnya tentang seriusnya ancaman Ganoderma dan ikut serta membangun stabilitas industri kelapa sawit Indonesia,” ujarnya.

Selain itu, video yang menunjukkan penyebaran spora yang luas dari tubuh buah Ganoderma dan tanda-tanda busuk akar juga disertakan dalam pengelolaan. Labuhan Batu dan Indragiri Hilir serta meyakini ancaman serangan Ganoderma sangat nyata.

“Teknologi pengendalian Ganoderma melalui metode terpadu kini telah tersedia dan dikelola oleh petani,” ujarnya.

Tiga bidang pengendalian gabungan tersebut meliputi regenerasi akar, penggunaan sampah organik dan biofungisida yang mengandung isolat Trichoderma pilihan DT38 dan DT39.

Selain itu, langkah peremajaan akar dilakukan dengan cara mematahkan akar dengan cara menggali tanah pada bagian tepi piringan selebar 20 cm dan kedalaman 25 sampai 30 cm.

“Di masa depan, robotika akan membantu perangkat mekanis untuk membuat saluran akar gigi,” ujarnya.

Terkait pangan organik, petani lebih memilih produk olahan yang tidak perlu diperoleh.

Dalam setiap operasional Safari MAKSI Ganoderma diikutsertakan 2 hingga 3 orang sebagai pendamping lapangan guna melanjutkan kegiatan serupa di masyarakat atau daerah lain khususnya di Riau.

“Kami berharap para peserta inisiatif Safari Ganoderma mampu memberikan pengalaman dan pengetahuan tersebut kepada petani kelapa sawit lainnya. MAKSI juga berharap mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah untuk mengidentifikasi tanda dan bukti serangan penyakit, cara penularan dan metode pengendalian penyakit.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *