Pengemudi Ojek Online Khawatir Order Fiktif Kembali Ramai di Demo Selanjutnya 

Reporter Tribunnews.com Chaerul Umam melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kamis (29 Agustus 2024) lalu, terdapat laporan kemacetan akibat pemesanan virtual saat pengemudi ojek online (ojol) melakukan aksi unjuk rasa.

Pemesanan virtual, mis. melakukan pemesanan palsu pada aplikasi online taksi dan ojek (disebut juga zoli) dan biasanya menggunakan metode pembayaran tunai. 

Tujuannya adalah untuk melukai pengemudi dan memaksa mereka melakukan protes karena terus menerima perintah.

Kasiman, seorang pengemudi ojek online asal Jakarta Timur, mengaku memutuskan berhenti menerima pesanan sebelum aksi unjuk rasa. 

Menurutnya, hal ini karena banyak perintah yang dikeluarkan merupakan perintah palsu yang bertujuan agar dirinya ikut serta dalam aksi protes.

“Setiap kami ada presentasi, 6 dari 10 pesanan bisa dibuat kapan pun kami ada presentasi,” kata Kasiman, Minggu (9/1). 2024).

Akibatnya, berbagai aplikasi telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi pengemudi yang masih memilih menerima pesanan selama demo.

Menurut Kasiman, dalam demonstrasi tersebut, aplikasi seperti Gojek dan Grab mengambil beberapa langkah untuk melindungi pengemudi yang tetap memilih menerima pesanan.

Menurut akun Instagram @dramaojol, Gojek telah menerapkan sistem deteksi penipuan di aplikasinya, yang secara otomatis membatalkan pesanan yang terdeteksi palsu selama presentasi dan menonaktifkan indikator kinerja yang menentukan peringkat pengemudi pada hari itu.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan driver Gojek atas upayanya hari ini dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan kami. Kami juga menyayangkan upaya oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dalam melakukan pemesanan palsu. Kami berkomitmen melindungi Anda dari praktik-praktik tersebut.”, baca saluran informasi resmi Gojek untuk mitra driver.

Ismail, driver asal Ozolo yang tetap beraktivitas di kawasan Kuningan selama masa demo, terbantu dengan upaya preventif yang dilakukan Go-Jek dan aplikator lainnya.

“Pengemudi yang memilih untuk menawar dapat merasa tenang dan tidak khawatir akan dirugikan, karena aplikator seperti Gojek membantu menghentikan operasional dan secara otomatis mendeteksi pesanan palsu,” ujarnya.

Protes dan tuntutan

Sebelumnya pada Kamis (29/8/2024), ratusan pengemudi ojek online (ojol) melakukan aksi protes di depan patung Mal Barat Monas di Jalan Medan Merdeka, Gambir, Jakarta Pusat.

Para pengemudi ojek dari berbagai aplikasi turut serta dalam demonstrasi tersebut.

Pengemudi ojol khawatir akan mudah mendapat sanksi dan keberatan terkait besaran diskon yang digunakan.

Tuntutan Koalisi Nasional Ojol (KON) pada aksi hari ini adalah:

Perubahan dan penambahan ketentuan Peraturan No. 1 Kementerian Komunikasi dan Informatika 2012 tentang Formula Tarif Jasa Pos Komersial Bagi Mitra Ojek Online dan Kurir Online di Indonesia.

Kominfo wajib mengevaluasi dan memantau segala bentuk kegiatan usaha dan program aplikasi yang dinilai mengandung unsur ketidakadilan terhadap mitra pengemudi ojek online dan kurir online di Indonesia.

Menghapuskan program layanan pesan-antar barang dan makanan murah bagi seluruh pelamar yang dianggap tidak manusiawi dan tidak adil bagi pengemudi ojek online dan mitra kurir online.

Jaminan tarif tetap untuk layanan pesan-antar barang dan makanan di seluruh aplikator.

Menyisih dari promosi aplikator yang ditagihkan sebagai pendapatan pengemudi.

Mereka meminta pemerintah melegalkan ojek online di Indonesia dengan membuat Statuta Bersama (SKB) bagi berbagai kementerian terkait untuk mengawasi ojek online sebagai moda transportasi khusus untuk disewa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *