Pengembangan Infrastruktur Jaringan 6G di Indonesia, Kominfo: Belum saatnya, Jangan Latah

Laporan dari Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Banyak negara, terutama negara berkembang, yang telah mengembangkan infrastruktur teknologi 6G di wilayahnya. Negara yang dimaksud mulai dari Korea Selatan hingga Inggris.

Bahkan terdapat konsorsium jaringan telekomunikasi di Jepang yang sedang membangun prototipe perangkat yang mendukung jaringan 6G. Ini adalah perangkat 6G pertama di dunia.

Dalam pengujiannya, perangkat tersebut mampu mengirimkan data pada jarak 300 kaki (sekitar 100 meter) dengan kecepatan 100 gigabit per detik (Gbps).

Lalu bagaimana dengan perkembangan 6G di Indonesia yang masih minim pengguna teknologi 5G?

Ismail, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, mengatakan perkembangan industri dan teknologi global semakin pesat.

Salah satunya adalah berkembangnya teknologi jaringan dari 2G, 3G, 4G, 5G dan kini sudah muncul 6G.

“Saat ini perkembangan teknologi terus dan cepat berubah dari 4G ke 5G, dan kini kita sedang membahas isu terkait 6G,” jelas Ismail di kantor Kominfo, Jakarta, Jumat (17/5/2024).

Dia mengakui bahwa negara-negara berkembang sudah bersaing untuk 6G.

Namun menurut Ismail, belum saatnya teknologi 6G berkembang secara masif di Indonesia sendiri.

Sebab, teknologi ini perlu mempertimbangkan kebutuhan masyarakat atau pelanggan.

Sekadar informasi, teknologi 6G merupakan generasi terbaru. Teknologi 6G akan mentransformasi cara kerja, pembelajaran, interaksi, dan penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam kehidupan sehari-hari, sehingga teknologi dan manfaatnya dapat digunakan di masyarakat.

Pada saat yang sama, teknologi AI akan mengoptimalkan jaringan 6G dan beroperasi secara dinamis, bertindak sebagai standar baru dalam jaringan komunikasi masa depan.

“Idealnya kita membangun infrastruktur sesuai kebutuhan yang merupakan skenario penting, bukan mengikuti perkembangan teknologi,” jelas Ismail.

“Jadi kita tidak mau tertipu dengan adanya perubahan teknologi, kalau bahasanya lebih mudah diikuti.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *