Pengamat Militer: TNI AU Harus Kembangkan Konsep Pertahanan Udara yang Modern dan Canggih

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo Kertopati mengatakan TNI Angkatan Udara (UA) wajib mengusulkan konsep perlindungan kedaulatan seluruh perairan dan daratan Indonesia selama 24 jam berdasarkan UNCLOS 1982. seperti UU No 17 Tahun 1985.

Menurutnya, TNI AU juga bisa mengajukan konsep kedaulatan di udara sampai batas yang lebih tinggi yang diatur dalam undang-undang antariksa internasional dan nasional.

Faktor ketiga yang tidak kalah penting adalah dinamika konflik di Laut Cina Timur dan Laut Cina Selatan, dimana dua pemain utamanya yaitu Korea Utara dan Cina telah mengembangkan rudal nuklir jarak jauh.

“TNI AU hendaknya mengembangkan konsep sistem pertahanan udara yang modern dan canggih untuk menjamin keamanan NKRI dengan merancang sistem deteksi dini dan intervensi untuk mampu menghalau ‘akses’ rudal senjata nuklir di luar ZEE,” Susaningtyas ujar dalam pesan singkatnya, Senin (29/7/2024).

Dari ketiga faktor tersebut, kata perempuan yang akrab disapa Nuning ini, sangat penting bagi TNI AU untuk melakukan perubahan MEF, seperti penambahan radar Ground Control Interceptor (GCI) dan Early Warning Radar (EW) di seluruh Indonesia . khususnya di Indonesia bagian timur.

Kemudian, menambah tim tempur udara untuk dapat melakukan patroli udara rutin selama 24 jam, dengan frekuensi penerbangan malam hari yang minimal dibandingkan penerbangan siang hari.

Oleh karena itu, syarat operasional dan spesifikasi teknis kedua jenis radar tersebut tidak hanya untuk dogfight antara pesawat TNI AU dengan pesawat musuh saja, tetapi juga harus mampu menghalau rudal nuklir, ”ujarnya.

Oleh karena itu, kata Nuning, jet tempur TNI AU penting dipersenjatai dengan rudal anti-rudal dengan jangkauan minimal 25 Nm (48 km), tidak hanya sampai ke perbatasan.

“Harusnya bisa mengarungi lautan internasional karena doktrin pertahanan Indonesia adalah pertahanan aktif,” ujarnya.

Nuning mengatakan langkah pangkalan itu mencakup pembangunan landasan pacu baru dengan fasilitas darat dan radar GCI dan EW.

Setelah tahap ini, unit tempur dipindahkan.

“Yang perlu dilakukan adalah melakukan simulasi kerangka anggaran MEF dengan mengubah prioritas dan efektivitas anggaran operasional harian,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *