TRIBUNNEWS.COM – Analis kebijakan publik Agus Pambagio mengatakan kebijakan pembangunan infrastruktur, khususnya jalan tol, secara umum berdampak positif terhadap perekonomian daerah sekitarnya.
Sebab, menurut Agus, percepatan pembangunan JTTS akan mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah Sumatera dan mempercepat distribusi barang dan jasa.
Namun untuk mencapai hal tersebut, pemerintah perlu mempertimbangkan berbagai faktor agar manfaat ekonomi dari pembangunan jalan tol dapat dinikmati oleh masyarakat luas.
“Tidak secepat itu, tapi mudah-mudahan bisa direncanakan dengan baik.” Karena alasan alam, proyek ini menambah lahan jalan tol. Gudangnya pasti sudah matang, kata Agus dalam postingannya.
Agus mengatakan, pemerintah harus belajar dari Trans-Jawa yang belum matang. Agus mengatakan beton pracetak mempunyai umur tiga tahun dan rusak setelah dua tahun.
Sekadar informasi, Negara Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) telah menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2024 (Perpress) tentang percepatan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang akan dilaksanakan pada tahun 2524. 2024.
Perpres tersebut memuat tambahan ruas tol dan menugaskan PT Hutama Karya (Persero) untuk mengelola proyek JTTS. Tujuannya memberikan ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengaturan pembiayaan jalan tol.
Menuntut perhatian terhadap dampak sosial dan ekonomi di sekitar jalan tol.
Selain itu, Agus meminta pemerintah dan Hutama Karya memperhitungkan dampak sosial dan ekonomi dari jalan tol tersebut. Karena membangun jalan tol dapat mengubah perekonomian suatu lingkungan.
Ada kekhawatiran bahwa langkah-langkah pembangunan infrastruktur seperti penyediaan tempat istirahat pinggir jalan dan fasilitas lainnya belum selesai.
Agus mencontohkan. Kehadiran jalan tol di Jawa membungkam banyak ruas jalur Panther. Hal ini berdampak pada orang-orang yang berjualan di pinggir jalan.
Agus menilai pemerintah sudah menyiapkan shelter bagi masyarakat terdampak, namun jumlahnya tidak mencukupi dan masih harus membayar sewa.
“Meski jalur trans Sumatera yang menghubungkan timur dan barat banyak dilalui truk, saya berharap dapat melakukan kajian antropologi pada ruas jalan yang sedang dibangun,” kata Agus.
Ia menekankan perlunya penelitian antropologi sosial untuk memahami dampak sosial pembangunan jalan dan mengantisipasi potensi permasalahan.