Pengamat: Denda Impor Berdampak ke Sektor Ekonomi dan Politik

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Denda impor beras (demurrage) disebut-sebut berdampak pada sektor politik dan perekonomian Tanah Air. Menurut Direktur Lembaga Maritim Nasional (Namarin) Siswanto Rusdi, dugaan kasus sanksi impor di pelabuhan dapat mengganggu kinerja sektor politik dan perekonomian.

Menurut dia, banyaknya kontainer yang tertahan di pelabuhan, termasuk kontainer berisi beras impor, menunjukkan adanya permasalahan dalam pengelolaan impor.

Jadi wajar kalau ada kekeliruan. Masyarakat yang menerimanya (beras) pasti bertanya bagaimana prosedurnya,” ujarnya, Selasa, ( 13/8/2024).

Ia menambahkan, kasus ini dapat mengganggu kerja lintas sektor politik dan ekonomi karena buruknya komunikasi antarlembaga.

Oleh karena itu, Siswanto Rusdi berharap pemangku kepentingan termasuk aparat penegak hukum dapat segera menyelesaikan permasalahan ini.

“Tugas KPK atau Polri dan Kejaksaan untuk mengklarifikasi persoalan ini.”

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian menyatakan sekitar 26.425 kontainer masih tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak. Dari jumlah tersebut, 1.600 orang di antaranya diduga melakukan impor beras.

Terkait hal tersebut, Direktur Jaringan Penyelenggaraan dan Hubungan Masyarakat Perum Bulog Mihemed Suyamto mengungkapkan, sejak akhir Mei lalu, tidak ada kontainer Bulog yang tertahan di pelabuhan.

“Sejak akhir Mei lalu, tidak ada kontainer Bulog yang tertahan di pelabuhan. Semuanya ditarik ke gudang,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (8/8/2024).

Sementara kasus lainnya, Riset Demokrasi Rakyat (SDR) pada Rabu (3/7/2024) melaporkan Perum Bulog dan Bapanas ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas dugaan kenaikan harga beras dari Vietnam dan merugikan negara. karena kerusakan di pelabuhan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *