Tribunnews.com – Meninggalnya aktor Sandy Permana menyisakan duka mendalam bagi istri dan ketiga anaknya.
Istri Sandy, Ade Andriani tak mau memaafkan tersangka Nanang Irawan alias Nanang Gimbal (47) yang menikam suaminya pada Minggu (12/1/2025).
Ade pun menolak menemui istri Nanang yang tiba di pemakaman pada Jumat (17/1/2025).
Istri Nanang, Juliani, mengaku tidak mengenal suaminya yang ditikam hingga tewas oleh Sandy yang merupakan tetangganya.
Saya tidak tahu sama sekali kasusnya, saya di dapur sedang mencuci pakaian, kata Juliani di rumah duka di Desa Cibarusah Jaya, Provinsi Bekasi, Jawa Barat.
Usai pembunuhan, Juliani dan putranya diamankan polisi agar tidak diteror masyarakat.
Sejak itu, Juliani tidak berkomunikasi dengan suaminya hingga ditangkap di Karawang, Jawa Barat.
Giuliani tiba di pemakaman didampingi penasihat hukum yang mengenakan seluruh pakaiannya.
Kedatangan Ny. Sandy Permaya, Noki menyambutnya.
Di hadapan keluarga Sandy, Julianiti meminta maaf atas perbuatan suaminya yang berujung pada meninggalnya Sandy.
“Saya mohon maaf kepada keluarga korban, karena polisi membawa saya ke pengadilan selama empat hari kemarin, saya kembali kemarin Rabu,” ujarnya.
Nyonya. Sandy Permaya menerima permintaan maaf Giuliani dengan suara pelan.
“Iya, aku minta maaf, aku minta maaf,” kata Noki.
Sementara itu, kuasa hukum Nanang, Stitivan Herianto mengaku kecewa karena Ade sengaja menghindarinya saat Juliani tiba di rumah duka.
“Kami sangat menyesal, karena kami telah mengumumkan sebelumnya bahwa kami akan hadir dan datang sepanjang waktu pada hari ini.”
“Tadinya (istri korban) sudah tahu, tapi tidak ada, di luar, saya tidak tahu,” jelasnya.
Ia memahami kondisi Ade Kebatinan masih disesalkan dan berharap permintaan maaf Juliani diterima.
Yang jelas istri pelaku Pak Nanang Gimbal sudah berkomunikasi dan meminta maaf, semoga harapannya terkabul, ujarnya. Penolakan istri Sandy
Berdasarkan pengakuan tersangka, Sandy meludahinya dan melontarkan tatapan sinis.
Hal ini membuat Nanang emosi dan menusuk korbannya dengan pisau.
Keterangan tersangka dibantah Ade Andriani yang menilai Nanang memberikan keterangan palsu.
“Tidak pantas (dikatakan) suami saya tidak mungkin, dia sinis dan meludah di depan pelaku karena saya selalu tahu pelaku yang sering melirik saya,” kata Ade, Kamis (16/1/2025). , seperti dikutip YouTube Metro Television.
Ade pun membantah aktivasi Sandy karena hubungan kedua keluarga yang bertetangga sebelum tahun 2019 itu.
Selama ini Sandy selalu rukun dengan tetangganya, termasuk Nanang.
“Kalau tidak berjalan baik bukan berarti pelaku tidak bergaul dengan warga, malah menutup diri hingga jarang ngobrol. Bukan hal yang aneh lagi, mereka tidak pernah ngobrol,” tuturnya.
Ia menjelaskan, Sandy bukanlah makhluk temperamental seperti yang diceritakan Nanang kepada detektif tersebut.
“Kalau suami saya tidak pemarah, katanya, kalau katanya cukup tangguh, maka suami mungkin tidak punya musuh, pelakunya bisa saja menganggap suami saya sebagai musuh,” ujarnya. Publikasi dari tahun 2017
Kapolda Metro Jaya Kompol Paul Weera Satya Tritutra mengatakan Nanang bekerja sebagai kru film.
Namun Nanang dan korban tidak pernah menjadi rumah produksi.
Bahwa tersangka ini memang kru film, tapi bukan pH (perusahaan produksi) atau perusahaan produksi tunggal, katanya.
Saat ini Nanang sudah beralih profesi menjadi peternak ayam dan tukang ojek.
Weera menjelaskan, Nanang dan Sandy punya tetangga di Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi.
Hubungan mereka tidak harmonis sejak 2017 dan berujung pada reaksi balik.
Berdasarkan pemeriksaan kami, istri (tersangka) mengetahui bahwa hubungan korban dan tersangka tidak harmonis dan dimulai pada tahun 2017, jelasnya.
Nanang sempat menaruh dendam pada korban pada tahun 2019 lalu saat Sandy mengadakan pesta di rumahnya.
Tenda yang Sandy dirikan di halaman rumah Nanang.
Sandy kemudian menebang pohon di depan rumah Nanang hingga terjadi adu mulut.
– Serta penebangan pohon tanpa izin di halaman rumah tersangka. Namun tersangka tidak memukul korban karena tersangka mengetahui korban sangat marah, jelasnya.
Sejak saat itu, Nanang merasa kesal dan memutuskan pindah ke rumah kontrakan.
“Jadi sekitar tahun 2020, tersangka bersama keluarga memutuskan untuk menjual rumah yang ditinggali tersangka,” ujarnya.
Pada rapat RT Oktober 2024, keduanya berbeda pendapat.
Nanang memarahi Sandy karena mengutarakan pendapatnya.
“Tersangka lalu menegur korban dengan mengatakan ‘tidak perlu teriak-teriak, tenang saja.’” Namun, korban malah melontarkan tatapan marah kepada tersangka dan mengatakan kepada tersangka, “tidak ada warga di sini, tidak perlu ikut-ikutan,” ujarnya. dikatakan.
Amarah Nanang bertambah saat korban mengirimkan pesan WhatsApp kepada istrinya.
“Termasuk dugaan bahwa tersangka bermaksud menyerang korban saat pertemuan itu.”
“Mendengar istri tersangka, tersangka tidak menjawab. Namun hal itu semakin menambah kebencian tersangka terhadap korban, lanjutnya.
Pada Minggu (12/1/2025) pagi, Nanang yang sedang duduk di garasi melihat Sandy lewat dengan sepeda listrik.
Sandy tiba-tiba melontarkan tatapan sinis pada Nanang sambil meludah.
Nanang yang terpancing emosi mengambil pisau dari kandang ayam dan mengejar korban.
“Pelaku atau tersangka terluka karena merasa ditenangkan oleh korban, memandang sinis pada tersangka, dan korban pun mencaci-maki tersangka,” ujarnya.
Meski meronta, Sandy tak berdaya saat ditusuk.
“Saat korban hendak melarikan diri, tersangka mengejar dan menusuk punggung kiri korban,” jelas Vira.
Tribunjakarta.com memuat beberapa artikel berjudul “Nanang Gimbal Killer”, Pemeran “Mac Lampire” Sandy Permaa pernah menjadi kru film.
(Tribunnews.com/mohay) (tribunjakarta.com/annas furqon) (kompas.com/baharudin al faris)