Penembakan di Sekolah Georgia: Siswa 14 Tahun Tewaskan 4 Orang, Biden Desak UU Keamanan Senjata

TRIBUNNEWS.COM – Seorang siswa berusia 14 tahun menembak dan membunuh dua temannya dan dua gurunya di sebuah sekolah menengah di Georgia, AS. Pada Rabu (9/4/2024), 4 orang tewas dan 9 orang luka-luka.

Ini adalah gambar pertama tahun ajaran baru di Amerika Serikat. Hal ini menggarisbawahi ancaman kekerasan senjata yang terus menghantui sekolah dan perguruan tinggi di seluruh negeri.

Penjahat Colt Gray juga seorang anak sekolah. Dia saat ini ditahan dan akan diadili setelah dewasa, menurut Direktur Biro Investigasi Georgia Chris Hosie.

Penyelidik belum merilis motif atau jenis senjata yang digunakan, namun Sheriff Judd Smith menyebut insiden tersebut sebagai “insiden kriminal”. “Kejahatan yang mengerikan.”

“Petugas kami merespons dengan cepat setelah menerima laporan adanya penembakan sekitar pukul 10.20,” kata Smith pada konferensi pers di halaman sekolah. Dikutip Reuters, Kamis (09/05/2024)

Saksi Sergio Caldera, 17, mengenang momen menegangkan saat mendengar suara tembakan di kelas kimia.

“Guruku membukakan pintu. Kemudian guru lain berlari masuk. Suruh kami tutup pintu karena ada orang yang menembak,” ujarnya.

Saat para siswa dan guru berkumpul di ruang kelas, dia mendengar ketukan keras di pintu dan berteriak untuk membuka pintu. Lalu terdengar lagi tembakan dan jeritan. Kemudian para siswa dievakuasi ke lapangan sepak bola sekolah. Presiden Biden menyerukan undang-undang keselamatan senjata.

Presiden Joe Biden telah diberitahu tentang insiden tersebut. Gedung Putih menyatakan simpatinya dan mendesak Partai Republik untuk bekerja sama dengan Demokrat untuk meloloskan undang-undang keamanan senjata.

“Jill dan saya sedih atas kematian mereka yang hidupnya diakhiri oleh kekerasan senjata yang tidak masuk akal,” kata Biden.

Wakil Presiden Kamala Harris pun menyampaikan belasungkawa atas tragedi tersebut. Saat menyerukan hal tersebut, ia menyebutnya sebagai sebuah “tragedi yang tidak masuk akal” dan menyerukan tindakan nyata untuk mengakhiri kekerasan senjata di Amerika Serikat.

Sementara itu, mantan Presiden Donald Trump menyampaikan simpati kepada para korban dan mengecam pelaku dalam pernyataannya di jejaring sosial. “Monster yang sakit dan gila.”

Penembakan tersebut telah meningkatkan jumlah insiden kekerasan senjata di sekolah-sekolah AS. banyak dalam 2 dekade terakhir. Insiden paling serius terjadi pada tahun 2007 di Virginia Tech, yang menewaskan lebih dari 30 orang.

Tragedi seperti ini terus memicu perdebatan sengit mengenai peraturan senjata di Amerika Serikat. dan hak konstitusional untuk memiliki dan memanggul senjata berdasarkan Amandemen Kedua.

Manajer pangkalan penembakan sekolah K-12 David Reedman mengatakan musim gugur ini adalah pertama kalinya serangan di sekolah direncanakan.

Sebab, banyak siswa yang kembali bersekolah pada bulan lalu. Oleh karena itu, kejadian ini merupakan pengingat yang menyedihkan akan perlunya segera mengambil tindakan untuk mencegah kekerasan bersenjata di lembaga pendidikan.

(MG/Saifuddin Herlanda Abid)

Penulis magang di Universitas Sebelas Maret (UNS).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *