TRIBUNNEWS.COM — Setelah perang panjang dengan Rusia, krisis populasi berdampak besar pada Ukraina.
Beberapa warga memutuskan meninggalkan negaranya demi kehidupan yang lebih baik.
Bank Nasional Ukraina (NBU) memperkirakan 400.000 warganya akan memilih meninggalkan negaranya selama sisa tahun ini.
Pada saat yang sama, diperkirakan pada tahun 2025, 300.000 orang lainnya akan mencari kehidupan di luar Ukraina.
Menurut media Ukraina, mereka tidak ingin lagi tinggal di Ukraina karena rusaknya infrastruktur dan runtuhnya perekonomian akibat perang dengan Rusia.
NBU memperkirakan bahwa warga Ukraina akan kembali ke tanah air mereka secara bertahap mulai tahun 2026.
“Kembalinya migran ke Ukraina diperkirakan akan dimulai pada tahun 2026 dan berlangsung secara bertahap – sekitar 400 ribu orang,” kata NBU dalam sebuah pernyataan.
Namun, ketika mereka pulang ke kampung halaman, mereka tidak dijamin mendapatkan kehidupan yang layak. Mereka harus beradaptasi dengan segala sesuatu yang berubah.
“Situasi di Ukraina akan lebih sulit dari perkiraan sebelumnya, termasuk masa tinggal yang lebih lama di luar negeri, peningkatan adaptasi terhadap lokasi baru, dan gangguan pasokan energi,” kata laporan itu.
Dokumen tersebut menjelaskan aliran warga Ukraina ke luar negeri karena masalah listrik dan ekonomi dalam negeri serta risiko keamanan.
Pada saat yang sama, aliran orang ke luar negeri yang terus menerus berdampak negatif terhadap perekonomian, yaitu pada pasokan tenaga kerja, permintaan konsumen, dan pertumbuhan PDB, kata NBH.
Pemulangan warga negara Ukraina diharapkan tidak hanya menyelesaikan masalah-masalah yang disebutkan sebelumnya, tetapi juga dengan syarat perumahan akan dipulihkan dan lapangan kerja akan meningkat karena pemulihan ekonomi.
Laporan Bank Nasional menunjukkan bahwa krisis energi akan berdampak negatif pada pertumbuhan produktivitas, memacu pertumbuhan inflasi, memperlambat pembangunan ekonomi dan membawa risiko pada musim panas.
Selain itu, dalam hal ini, sejumlah besar satu miliar dolar AS per tahun harus dikeluarkan untuk mengimpor energi dari luar negeri.
Menurut laporan NSC, selain persoalan energi, kenaikan pajak yang dibicarakan pemerintah akan berdampak pada inflasi.
Sulitnya pemerintah memungut pajak karena berdampak pada inflasi dan harga barang konsumsi.
“Kecuali perusahaan yang terintegrasi secara vertikal, semua tahapan produksi dan penjualan dikenai pajak, sehingga dampak harganya dua kali lipat,” kata analisis NBU.
Pada tahun 2021, populasi Ukraina mencapai 43,82 juta jiwa, namun karena penarikan diri saat invasi Rusia, populasinya turun menjadi 38 juta jiwa pada tahun 2022 dan 36,744 juta jiwa setahun kemudian.