TRIBUNNEWS.COM – Pendeta Filipina Apollo Quiboloy ditangkap atas tuduhan kejahatan seks dan perdagangan manusia (TPPO).
Quiboloy ditangkap bersama empat orang lainnya di sebuah kompleks keagamaan di selatan Kota Davao pada Minggu (9 Agustus 2024), mengutip AP News.
Menteri Dalam Negeri Filipina Benhur Abalos memposting berita penangkapan Quiboloy di akun Facebook pribadinya.
“Apollo Quiboloy telah ditangkap,” tulisnya.
Setelah penangkapan mereka, Quiboloy dan rekan-rekannya terbang ke Manila, ibu kota Filipina, dengan pesawat C-130 Angkatan Udara Filipina.
Mereka saat ini ditahan di Mabes Polri.
Juru bicara kepolisian Kolonel Jean Fajardo mengatakan pada konferensi pers bahwa pihaknya telah memberikan ultimatum kepada Kiboloy untuk menyerah.
“Polisi Nasional Filipina memberi ultimatum kepada mereka untuk menyerah. Jika mereka tidak menyerah, kami akan menyerang bangunan yang terlarang,” kata Fajardo.
Quiboloy telah bersembunyi sejak awal tahun 2024, setelah pengadilan Filipina memerintahkan penangkapan Quiboloy dan beberapa orang lainnya atas tuduhan kejahatan seks anak dan perdagangan manusia.
Senat Filipina secara terpisah memerintahkan penangkapan Quiboloy setelah dia menolak hadir pada sidang umum komisi yang menyelidiki tuduhan kriminalnya.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. dia juga mengeluarkan ultimatum, menuntut penyerahan Quipoloy.
Sementara itu, Kiboloy dan pengacaranya menyalahkan para kritikus dan mantan anggota yang diusir dari kelompok agama yang dipimpinnya.
Diyakini bahwa pada tahun 2021, jaksa federal AS mengumumkan dakwaan terhadap Quiboloy karena diduga melakukan hubungan seksual dengan wanita dan remaja di bawah umur.
Dalam dakwaan, Kipoloy diduga mengancam korbannya dengan kutukan jika tidak memuaskan hasrat jahatnya.
Selain ancaman, ia juga mengaku sebagai “Anak Tuhan”.
Dakwaan pengganti yang dibuka dan disegel oleh dewan juri federal pada November 2021 menyebutkan nama Quiboloy dan dua eksekutif puncaknya.
Dakwaan tersebut memuat sejumlah dakwaan antara lain persekongkolan, perdagangan seks anak, perdagangan seks anak, penipuan dan pemaksaan, penipuan perkawinan, pencucian uang (TPPU), penyelundupan uang, dan penipuan visa.
Pada bulan Agustus, ribuan petugas polisi mencoba menangkapnya di kompleks keagamaannya di Kiboloy.
Namun operasi tersebut berakhir ricuh akibat kehadiran dan perlawanan sejumlah besar pendukung Kipoloy.
Polisi membawa peralatan yang dapat mendeteksi orang yang bersembunyi di terowongan bawah tanah, namun tidak ada Quiboloy yang ditemukan di kompleks seluas 30 hektar tersebut.
Quiboloy dianggap sebagai orang dekat dan penasihat spiritual mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)