Pemicu Pelajar SMP di Jakarta Gantung Diri, Sosiolog: Terpapar Internet dan Imbas Dihapusnya PMP

Laporan reporter Wartakotalive Nuri Yatul Hikmah

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Seorang siswa Sekolah Menengah Atas (SMP) berinisial D(13) menghabiskan hidupnya di atas pohon. Dengan kata lain, warga Palmera, Jakarta Barat (Jakbar) yang akan mengikuti pertandingan atletik D(13) ini dikenal sebagai atlet olahraga di sekolahnya.

Sosiolog Universitas Nasional (Unas) Nia Elvina mengatakan, penyebab bunuh diri siswa SMA tersebut karena tidak adanya keamanan dalam mengakses internet.

Selain itu, ada isu yang saat ini belum ada yaitu Pendidikan Moral Pancasila (PMP).

“Pembelajaran/kursus ini kita hilangkan dalam sistem pendidikan kita. Maksudnya PMP dan kita tidak memberikan perlindungan kepada pelajar, mahasiswa, dan pelajar ketika mengakses internet,” kata Nia, Minggu (21/4/2024).

Di era masukan informasi saat ini, lanjut Nia, sulit bagi siapa pun untuk membedakan berita baik dan buruk di Internet. Dan jika kebetulan seseorang mempunyai masalah depresi, terutama di masa muda.

“Kalau kita kaji dua hal ini, maka pendidikan moral Pancasila sudah dihapuskan, dan bagi masyarakat kita tidak ada rasa aman untuk mengakses internet (termasuk pelajar), pendidikan moralnya lemah, maka hubungannya dengan masyarakat nyata (nuklir) keluarga/orang tua), kakak dan adik), teman/sahabat sedikit, karena mengutamakan masyarakat (silaturahmi di media sosial),” kata Nia.

Berdasarkan penelitian terkini, lanjut Nia, ditemukan banyak generasi muda, termasuk remaja, yang mengalami depresi. Sebab, mereka kebanyakan bekerja secara online dan bukan di dunia nyata.

Fakta tersebut didukung oleh penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia merupakan negara yang paling banyak menggunakan Internet di dunia.

Oleh karena itu, Nia menilai penanaman nilai-nilai Pancasila dan perilaku mahasiswa perlu dilakukan untuk menghindari gejolak sosial atau hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, pemerintah harus berperan dalam mencegah konten online yang mengancam melecehkan seseorang.

Oleh karena itu, sangat penting untuk menyaring konten-konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai komunitas ini, tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *