TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Pendanaan Riset dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ajeng Arum Sari mengatakan, ada peluang kerja sama antara perempuan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan peneliti BRIN.
Menurut Ajeng, pihaknya mendukung perempuan di UKM untuk melakukan penelitian yang berkualitas.
“Kami juga memiliki program start-up financing dimana kami mendorong ibu-ibu di sini untuk bekerja sama dengan peneliti BRIN agar hasil penelitiannya terbukti secara ilmiah,” kata Ajeng.
Hal tersebut disampaikan Ajeng pada Final Day and Awards Party Women’s Ecosystem Catalyst (WEC) yang diadakan di Openaire Resto di Semarang, Jawa Tengah.
Dijelaskannya, BRIN memiliki skema pendanaan untuk start-up senilai hingga Rp300 juta per tahun, dengan durasi maksimal 2 tahun.
“Kita punya lebih dari 10.000 ilmuwan, pangan, teknologi, bidang apa pun, jangan khawatir kalau tidak punya ilmuwan,” kata Ajeng.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Jawa Tengah Sumarno menyerukan pemberdayaan perempuan melalui berbagai usaha.
Sumarno mengatakan, potensi perempuan pengusaha kecil dan menengah di daerah sangat besar.
“Lebih dari 60 persen pelaku UKM adalah perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki sifat gigih, lebih fleksibel, dan memiliki motivasi yang luar biasa,” kata Sumarno.
Sumarno mengatakan, Pemerintah Jawa Tengah juga berupaya untuk terus mengembangkan UKM.
Salah satunya adalah penyelenggaraan pameran, acara pelatihan dan program lainnya yang bekerja sama dengan Bank Indonesia, Sampoerna dan pihak terkait.
WEC merupakan program yang digagas oleh PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) melalui payung Sampoerna Sustainability Program (SUI), Masyarakat Imajinasi Penaja Mula bekerja sama dengan Dinas Koperasi UKM Jawa Tengah.
“Hasil dari kegiatan ini dapat menciptakan ekosistem bisnis yang baik. Nantinya teman-teman akan terkoneksi dengan pengusaha-pengusaha sukses,” ujarnya.
Menurut Sumarno, program WEC merupakan bagian dari pengurangan pengangguran selain pemberdayaan UKM dan start-up.
“Ini program yang luar biasa,” kata Sumarno.
Musdkhalifa Mahmoud, pakar konektivitas, pengembangan layanan, dan sumber daya alam Kementerian Perekonomian Kementerian Regulasi Perekonomian, mengaku sudah melihat langsung cara kerja pelatihan kewirausahaan.
Saya yakin ini bisa kita capai dengan mentor-mentor yang hebat. Saya yakin permainannya akan bagus. Acaranya santai tapi banyak kontennya, tambahnya.
Menurutnya, negara masih membutuhkan wirausaha. Karena itu, dia menyarankan, program ini bisa diperluas ke skala yang lebih besar.
“Jika diperlukan, kami akan memperluas program ini dalam skala yang lebih besar dan membuka lebih banyak kesempatan bagi anak-anak kami untuk memperoleh pengetahuan yang mereka butuhkan,” pungkas Musdkhalifa.