TRIBUNNEWS.COM, Bali – Pemerintah Indonesia menyambut baik keberadaan proyek HEAL “Kepemimpinan Aksi Energi yang Lebih Bahagia: Transisi Energi, Mata Pencaharian, Sistem, dan Pembiayaan Campuran”.
Proyek ini diprakarsai oleh United in Diversity Foundation bekerja sama dengan Rocky Mountain Institute di sela-sela World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali.
Pada acara peluncuran tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan bahwa tugas mencapai tujuan nol emisi Indonesia kini menjadi lebih penting seiring dengan upaya kita mengurangi dampak krisis iklim.
“Kita harus memastikan bahwa kita dapat memanfaatkan peluang seperti Kemitraan Transisi Energi yang Berkeadilan untuk mencapai tujuan global menjaga suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celcius di atas suhu pra-industri dan untuk mencapai transisi energi yang adil dan adil bagi Indonesia,” ujarnya. . , dikutip Minggu (19/5/2024).
Ini adalah tantangan yang kompleks dan beragam yang mengharuskan seluruh pemangku kepentingan untuk bekerja sama mengembangkan solusi inovatif di berbagai sektor.
Dijelaskan bahwa HEAL tentunya akan membantu mempercepat upaya tersebut dengan menyelaraskan upaya kolaboratif tersebut.
“Saya berharap seluruh pemangku kepentingan terkait, baik lokal maupun internasional, turut serta mensukseskan proyek ini,” ujarnya.
Program ini bertujuan untuk memberdayakan aktor-aktor transformatif – lokal dan global – dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai hambatan sistemik dengan menggunakan pemikiran holistik dan pembelajaran serta solusi yang berorientasi masa depan – untuk masa depan yang bahagia, berketahanan dan dinamis. Masalah transversal dan multidisiplin.
Ketika program ini dimulai, HEAL akan melibatkan 45 pemimpin transisi energi dari berbagai sektor – pembuat kebijakan, lembaga keuangan nasional dan multilateral, negara donor, produsen energi, pemerintah daerah, universitas dan organisasi masyarakat sipil – selama periode pembelajaran intensif selama empat bulan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus co-host Tri Hita Karana, Luhut Binsar Panjaitan menekankan pentingnya proyek tersebut.
“Mata dunia tertuju pada Indonesia, jadi kita harus menjadi contoh sukses transisi energi yang adil dan menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, dan perlindungan lingkungan. Inisiatif seperti JETP harus didukung oleh keselarasan pemangku kepentingan, tidak hanya itu. dari segi teknologi, tapi juga dalam membangun hubungan antar perusahaan,” ujarnya.
Oleh karena itu, Luhut mendorong negara-negara IPG, anggota GFANZ, kementerian dan organisasi serta organisasi masyarakat sipil untuk bergabung dalam HEAL sehingga dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk belajar bersama mengatasi tantangan yang ada.
Menjelaskan motivasi proyek ini, Dantowi Yahya, presiden United in Diversity dan Duta Besar Indonesia untuk Pasifik, mengatakan bahwa melihat ke belakang tiga puluh enam tahun yang lalu, kenyataan saat ini adalah di tengah-tengah asisten kecerdasan buatan (AI) berukuran saku dan lingkungan hidup yang eksistensial. ancaman terhadap kemanusiaan. , menentukan hasil politik global terdengar seperti fiksi ilmiah, namun kenyataannya itulah realitas kita.
“Kami masih belajar untuk memahami dan mengelola dampak gangguan ini terhadap masyarakat, demokrasi, budaya, dan tatanan masa depan kita,” katanya.
“Oleh karena itu, mengingat tiga puluh enam tahun lagi ambisi Indonesia untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060, adalah bijaksana untuk memperkirakan bahwa sektor energi akan menghadapi gangguan yang tidak terbayangkan sebelumnya akibat krisis iklim dan inovasi dalam sumber energi, penyimpanan, akses dan energi. model bisnis, katanya. Dia melanjutkan.
Direktur Rocky Mountain Institute untuk Asia Tenggara Viny Riskiningau mengatakan, “Kami sangat senang dapat bermitra dengan UIT untuk melaksanakan proyek ini dan memiliki kesempatan untuk bekerja dengan teman-teman lokal, nasional, dan internasional lainnya untuk mendukung net zero dan mengubah kekuatan agenda di Indonesia .
Project Manager HEAL, Asisten Senior UID, Direktur Program Pendidikan dan Pembelajaran Shobi Lavalata menambahkan, tidak banyak program yang menggunakan pendekatan sistematis yang mendorong interdependensi dan pemikiran multidisiplin non-linier dalam peningkatan kapasitas. .
Sementara itu, tantangan kita saat ini semakin kompleks dan harus diatasi. Oleh karena itu, kami sangat senang dapat membawa pendekatan baru ini ke dalam cara kita berbicara dan bertindak secara tepat waktu dan mendesak untuk transisi energi, ujarnya. Dia berkata.
Acara tersebut dihadiri oleh Aribin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Dharmawan Prasodjo, CEO PLN, Jim Huey Neo, Direktur Eksekutif Pusat Alam dan Iklim WEF, Direktur Mitigasi dan Adaptasi Hijau. Climate Fund Germán Valázquez, Indonesia President Mission Asian Development Bank Land Director Jiro Dominaga, Die Global Director Amit Gupta, Presiden United in Diversity dan Ketua Komisaris Kura Kura Bali Dantovi Yahya, Presiden Kehormatan United in Diversity Sir Gordon Duff, Presiden PT Direktur Sarana Multi Infrastruktur (SMI) Edwin Syahrusad dan Co-Founder United in Diversity Foundation Cheri Narsalim.