Pembelaan Tuchel soal Pergantian Pemain Bayern Munchen yang Jadi Sorotan: Tak Ada Penyesalan

TRIBUNNEWS.COM – Thomas Tuchel berbicara tentang strategi penggantinya untuk laga leg kedua semifinal Liga Champions Real Madrid antara Real Madrid dan Bayern Munich, Kamis (9/5/2024).

Tuchel melakukan tiga perubahan penting setelah Bayern Munich unggul 1-0 melalui Alphonso Davies pada menit ke-68.

Diawali Leroy Sane yang dihentikan pada menit ke-76, digantikan Thomas Muller, lalu Harry Kane dan Jamal Musiala pada menit ke-85 yang digantikan Chupo-Moting dan Kim Min-Jae.

Sebelumnya, Serge Gnabry keluar pada menit ke-27 dan digantikan Alphonso Davies.

Sayangnya, Bayern, setelah pergantian ini, dipukul mundur oleh Real Madrid yang mencetak dua gol di menit-menit terakhir.

Tanpa pemain penting tersebut membuat Die Roten -julukan Bayern Munich- kesulitan bersaing dengan Real Madrid.

Minimnya pemain yang bisa diandalkan untuk bertahan lebih lama membuat permainan serangan Munich terhenti.

Alhasil, mereka tak berhasil menyamakan skor dan harus mengakui kemenangan 2-1 atas Real Madrid di Santiago Bernabeu.

Pergantian pemain Thomas Tuchel dinilai menjadi salah satu faktor kekalahan Bayern Munich, terlepas dari beberapa unsur kontroversial dari wasit.

Tuchel pun membela keputusannya. Ia merasa tak punya pilihan karena pemain yang digantikannya mengalami kendala kebugaran.

Terlalu banyak pergantian pemain, terlalu banyak kejang. “Kami memulai dengan empat pemain absen, tapi kami tidak menyesal,” kata Tuchel usai pertandingan di DAZN.

Keputusan perubahan juga tidak lepas dari perubahan situasi yang dilakukan Real Madrid. Tuchel mengaku turut merespons strategi Real Madrid.

“Kami memulai dengan empat pemain menyerang dan kami harus bereaksi terhadap cedera karena mereka semua memiliki masalah fisik,” kata Tuchel seperti dikutip Marca.

Dia tidak menyesali perubahan yang dia lakukan, karena dia juga melakukannya sepanjang musim ini.

“Kami harus selalu bereaksi terhadap perubahan dan kami belum bisa mengaktifkan solusi lain. Itu terlalu berlebihan dan kami sudah seperti itu sepanjang musim,” jelasnya.

Menurut Tuchel, kekalahan timnya tidak lepas dari sifat kontroversial wasit, yakni wasit.

Saat Bayern tertinggal 2-1 pada menit ke-13, Matthijs de Ligt mengira dirinya telah menyamakan kedudukan namun bendera asisten wasit sudah lebih dulu dikibarkan karena offside.

Bek Real bergerak sebelum De Ligt menembak ke gawang dan tayangan ulang TV menunjukkan keputusan awal mungkin tidak offside dan perlu ditinjau oleh video wasit [VAR].

Namun, setelah pertandingan terhenti, VAR tak mampu melakukan intervensi. Komandan lini meminta maaf, namun menurutnya hal itu sama sekali tidak perlu dan tidak perlu.

“Itu adalah keputusan yang sangat, sangat buruk dan melanggar aturan.”

Ada keputusan buruk yang diambil wasit dan wasit. Ujung-ujungnya terasa seperti pengkhianatan, tambahnya.

Tuchel kemudian mengonfirmasi bahwa wasit Shimon Marciniak juga telah meminta maaf, namun hal itu “tidak membantu” Real di final.

“Setiap orang harus mencapai batasnya, semua orang harus menderita, semua orang harus bermain tanpa kesalahan. Jadi, wasit juga harus berada di level ini,” kata Tuchel.

“Tidak ada gunanya mencari-cari alasan setelah terjadi insiden. Anda berada di lapangan karena alasan itu, karena Anda yang terbaik. Kami berhak menunggu hingga akhir,” jelasnya.

(Tribunnews.com/Tio)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *