Tribunenews.com – Ketua Krisis Pemerkosaan Inggris dan Wales Ciara Bergman meminta Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk menyelidiki keterlibatan pemain bola voli Belanda Steven van de Veld di Olimpiade Paris pada 2024.
Van de Velde adalah seorang tahanan dalam kasus pemerkosaan seorang gadis Inggris berusia 12 tahun pada tahun 2014.
Sebagai tanggapan, Bergman mengatakan masuknya Van de Velde ke Olimpiade Paris 2024 “tidak relevan”.
Sebab, menurutnya, hal itu akan menimbulkan rasa impunitas (kebebasan dari hukum) yang besar.
Ia menambahkan, “Jika bisa memaksa seorang anak untuk tetap berpartisipasi di Olimpiade, meski semua atlet telah menandatangani deklarasi yang menjanjikan untuk menjadi teladan, itu sungguh luar biasa.”
“Masuknya Van de Veld ke tim Belanda akan berdampak negatif pada korban dan perempuan yang dianiaya,” tambahnya, seperti dikutip dari Guardian.
Terkait hal tersebut, Bergman mendesak IOC menyelidiki bagaimana van de Velde bisa diizinkan berkompetisi di Olimpiade Paris 2024.
“Bagaimana kita bisa sampai pada titik di mana kekerasan terhadap anak tidak sepenting medali Olimpiade?” menge-tweet Bergman.
“Saya kira harus ada investigasi mengenai hal ini dan bagaimana hal ini dibiarkan terjadi. Harus ada momen untuk berpikir dan melakukan perubahan nyata,” jelasnya.
Andrea Simon, direktur eksekutif Koalisi Akhiri Kekerasan Terhadap Perempuan, juga memberikan tanggapan yang kuat.
Menurutnya, partisipasi Van de Veld di Olimpiade Paris pada tahun 2024 dapat mengirimkan “pesan mengkhawatirkan” kepada penjahat kekerasan lainnya, dengan mengatakan bahwa “tidak ada konsekuensi yang mungkin terjadi dan oleh karena itu tidak ada efek jera bagi para penjahat.”
Simon juga mendukung seruan IOC untuk melakukan penyelidikan.
Dia menyerukan persetujuan wajib untuk statistik olahraga dan pendidikan seks yang sehat bagi pemain muda di pusat-pusat olahraga. Kronologi kejadian
Menurut BBC, van de Velde dijatuhi hukuman empat tahun penjara pada tahun 2016 setelah mengaku bersalah atas tiga tuduhan pemerkosaan terhadap seorang gadis Inggris berusia 12 tahun.
Kasus pemerkosaan ini bermula pada tahun 2014, ketika van de Velde mengenal korban melalui Facebook.
Setelah itu, dia meninggalkan Amsterdam menuju Inggris untuk menemui korban.
Namun, van de Velde justru memaksa korban untuk beralamat di Milton Keynes.
Meskipun dia dijatuhi hukuman empat tahun penjara, dia hanya menghabiskan 12 bulan di tahanan Inggris.
Dia dikirim ke Belanda, tapi dibebaskan setelah sebulan.
Sejak itu, van de Velde bermain untuk timnas Belanda.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)