TRIBUNNEWS.COM – Wakil Direktur Badan Intelijen Federal Jerman (BND), Uli Diehl, pada Sabtu malam bertemu dengan pemimpin kedua Hizbullah, Wakil Perdana Menteri Sheikh Naim Qassem.
Seperti diberitakan The Jerusalem Post, media Hizbullah Lebanon, Al-Akhbar, baru mempublikasikan pertemuan tersebut pada Selasa (2/7/2024), mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Pertemuan di Beirut ini merupakan kali kedua kedua pemimpin bertemu.
Keduanya bertemu untuk pertama kalinya pada bulan Januari untuk membahas serangan proksi Iran terhadap Israel.
Menurut website, suasana pertemuannya bagus.
Pembicaraan tersebut membahas ketegangan antara tentara Lebanon dan Israel dan bagaimana mengakhiri perang.
Uli Diehl mengumumkan dalam pertemuan tersebut bahwa Israel ingin memulangkan para pengungsi di utara ke rumah mereka. Wakil pemimpin Hizbullah Sheikh Naeem Qassem berbicara saat protes di Beirut, 13 Oktober 2023 (ANWAR AMRO / AFP)
Dia menambahkan bahwa Israel akan melancarkan perang melawan Hizbullah jika perlu untuk mencapai tujuan ini.
Diehl juga menyatakan bahwa kesalahan kedua belah pihak dapat berujung pada perang antar kedua belah pihak.
Sebagai tanggapan, surat kabar Al-Akhbar melaporkan bahwa Qassem mengatakan bahwa setiap diskusi tentang penghentian serangan Hizbullah di Israel utara adalah syarat untuk mengakhiri konflik di Jalur Gaza.
Jawaban Qasim tidak berubah sejak Januari lalu.
Dia juga menolak membahas apa pun sebelum Israel mencegahnya menyerang Gaza.
Qassem juga mendesak Jerman untuk memaksa Israel menahan diri dari kekerasan. Peran Jerman dalam proses perdamaian Israel-Lebanon
Pada tahun 1978, PBB membentuk organisasi khusus untuk menjaga perdamaian antara Israel dan Lebanon.
Badan ini disebut UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon) dan Jerman adalah salah satu dari banyak negara.
UNIFIL adalah salah satu badan penjaga perdamaian PBB yang paling penting saat ini.
Pada tahun-tahun awalnya, misi utama UNIFIL adalah mengkonfirmasi penarikan pasukan Israel dari Lebanon dan membantu pemerintah Lebanon mendapatkan kembali legitimasinya.
Pada tahun 2006, undang-undang tersebut diubah melalui Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701.
UNIFIL memantau konflik antara Lebanon dan Israel di wilayah perbatasan Lebanon selatan dan mendukung pemerintah Lebanon dalam mengamankan perbatasan darat dan lautnya, misalnya terhadap penyelundupan senjata. Misi Perdamaian UNIFIL (Instagram @unifil_official)
Jerman telah berpartisipasi dalam misi penjaga perdamaian UNIFIL sejak tahun 2006.
Tujuannya adalah untuk mencegah penyelundupan senjata melalui laut dan memungkinkan tentara Lebanon menjaga sendiri perbatasan lautnya.
Bagian penting dari keterlibatan Jerman adalah partisipasi dalam Angkatan Maritim UNIFIL.
Jerman mendukung tentara Lebanon melalui pelatihan, khususnya di bidang ketentaraan.
Jumlah maksimal personel Jerman yang berpartisipasi dalam misi saat ini adalah 300 tentara.
Parlemen Jerman (Bundestag) memperpanjang mandat Angkatan Bersenjata Jerman untuk peran penting ini satu tahun lagi hingga tahun 2025.
Saat ini terdapat lebih dari 10.000 tentara yang berkontribusi dalam misi penjaga perdamaian UNIFIL.
Ke-10.147 tentara tersebut berasal dari 49 negara, menurut situs resmi UNIFIL.
Indonesia juga ikut serta dalam misi UNIFIL dengan jumlah prajurit sebanyak 1.232 orang yang sebagian besar berasal dari 49 negara.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavi)