Pedagang Kopi Keliling Raup Cuan di Aksi Demo Tolak Revisi UU Pilkada Depan Gedung DPR

Laporan dari reporter Tribune News, Garou Nestia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pedagang kopi sachet keliling di Batavia, Kamis, memanfaatkan momen aksi unjuk rasa mahasiswa dan masyarakat yang menolak peninjauan kembali Pilkada di DPR RI UU Dana Pembangunan (22/08/) 2024) hingga pagi hari.

Nun, 48 tahun, dan Fatma, 52 tahun, yang mengoperasikan mesin penjual kopi keliling, mendapat untung besar dari para pengunjuk rasa yang sering mengunjungi kawasan tersebut.

Ia berhasil mengantongi lebih dari Rp 20.000 dalam waktu kurang dari tiga jam dengan menjual kopi seharga Rp 5.000 per gelas plastik kecil.

“Alhamdulillah kami sibuk sehingga bisa mengembalikan investasi dan mendapat untung,” kata Nun.

Pak Nun tiba di gedung DPR RI tepat pukul 07.00 WIB. Ia diminta keluar oleh petugas Satuan Polisi Sipil (Satpol PP) yang berjaga di lokasi demonstrasi pada malam sebelumnya.

Namun, Nun ingin tetap tinggal. Dia menjual kopi panas kepada pengunjuk rasa yang berkumpul pagi ini.

Nun mengatakan Fatma juga berjualan kopi di tempat demonstrasi depan gedung DPR RI. Sesaat setelah Fatma tiba di lokasi demonstrasi hari itu, sekitar pukul 09.00 WIB.

Fatma juga mendapat untung yang terlambat. Tribunnews menampilkan begitu banyak barang hingga hampir terjual habis dalam hitungan jam.

“Kita bawa banyak, tapi yang tersisa hanya sedikit,” kata Fatma sambil tersenyum.

Kedua pedagang ini mendapat informasi adanya demonstrasi dari kelompok masyarakat pedagang kopi keliling. Berbekal informasi tersebut, mereka segera berangkat mencari peluang untuk mencari nafkah di tengah keramaian.

Aksi unjuk rasa yang mereka lakukan kali ini merupakan protes terhadap perubahan Undang-Undang (UU) Pilkada yang sedang dibahas Panitia Kerja (Panja) dan Badan Legislatif (Baleg) DPR RI. Meski hasilnya bagus, Nung dan Fatma berharap bisa segera memanfaatkan situasi ini lagi.

Fatma mengatakan, “Bagus. Dengan penonton seperti itu, penjualannya akan bagus.” “Tapi tolong jangan terlalu diperlihatkan. Kasihan sekali para korbannya,” imbuhnya dengan nada muram.

Nun juga menyampaikan harapannya, “Saya berharap masalah ini segera teratasi dan pemerintah mendengarkan suara masyarakat.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *