TRIBUNNEWS.COM – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (30 Juli 2024) melaporkan setidaknya 250.000 warga Palestina telah diusir dari tanah mereka sejak 22 Juli karena “perintah penarikan Israel dari Jalur Gaza”.
Anadolu Agency melaporkan bahwa perintah evakuasi memaksa masyarakat tidur di tengah sampah dan puing-puing.
“Jumlah ini lebih dari 11 persen populasi Gaza,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric dalam konferensi pers yang dikutip Middle East Monitor.
Mengutip informasi yang diterima rekan-rekan di lapangan, Dujarric mengatakan ribuan orang kembali ke beberapa wilayah Khan Yunis pada Selasa (30/7/2024).
“Banyak keluarga pengungsi yang tinggal di tempat penampungan sementara atau tenda sempit yang perlu diperbaiki.”
“Ada yang kembali ke gedung yang hancur tempat mereka tidur,” ujarnya ketika ada sampah dan puing.
Dujarric yang berbagi data dari Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) melaporkan bahwa sistem pengelolaan sampah padat di Gaza mulai runtuh.
Dia mengatakan tidak ada tempat pembuangan sampah dan sampah dikumpulkan di 140 tempat berbeda.
Situasi ini menimbulkan “risiko lingkungan dan kesehatan yang signifikan, termasuk peningkatan diare dan infeksi saluran pernapasan akut.”
Dujarric mencatat, sejumlah besar pengungsi telah pindah dari Sudan ke Libya sejak April 2023.
Dia mengumumkan bahwa 5,3 juta dolar akan diberikan ke Libya dari Dana Tanggap Darurat PBB (CERF).
Dujarric menambahkan, bantuan tersebut akan membantu sekitar 195.000 pengungsi Sudan dan komunitas yang menampung mereka di Libya.
Pria tersebut juga menekankan bahwa bantuan tersebut akan digunakan untuk memberikan “bantuan segera yang menyelamatkan nyawa dan untuk memulai respons kemanusiaan sementara sumber daya tambahan dimobilisasi.”
“Perang lebih dari 15 bulan telah memaksa seperlima penduduk Sudan mengungsi. Ini termasuk lebih dari 2,1 juta orang yang mengungsi ke negara tetangga,” katanya.
Diambil dari Al Jazeera Sejak tanggal 7 Oktober, kasus-kasus berikut telah dicatat yang menunjukkan bahwa angkanya “kemungkinan akan jauh lebih tinggi”:
Sekitar 1 juta kasus infeksi saluran pernafasan akut
– 575.000 kasus diare akut
– Lebih dari 100.000 kasus demam kuning
Badan tersebut menyerukan tanggapan segera karena meningkatnya risiko kesehatan masyarakat.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)