Laporan reporter Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wabah human metapneumovirus (HMPV) yang terjadi belakangan ini di China telah menjadi perhatian internasional.
Beberapa negara seperti Malaysia dan India telah melaporkan kasus infeksi HMPV di negaranya.
Dalam konteks tersebut, anggota Departemen Pengendalian Penyakit Menular pada Pengurus Besar Persatuan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Ketua Departemen PB IDI prof. Ph.D. Erlina Burhan, SpP(K) melaporkan HMPV memiliki gejala mirip flu. Virus ini memerlukan masa inkubasi tiga hingga enam hari.
Jadi, setelah tertular atau menghirup virus HMPV, dibutuhkan waktu tiga hingga enam hari sebelum gejalanya muncul.
Virus ini diketahui sangat menular karena ditularkan melalui droplet orang yang terinfeksi, seperti batuk atau bersin.
“Ada orang sehat yang menghirup droplet yang mengandung virus ini. Lalu tulis seluruh nafasnya. “Jika daya tahan tubuh sehat, kemungkinan virus akan merusak sistem kekebalan tubuh,” imbuhnya.
Namun jika sistem kekebalan tubuh tidak sehat atau kurang berkembang, virus akan berkembang biak.
Setelah tiga sampai enam hari, gejala akan muncul. Meski ringan, HMPV bisa berbahaya bagi orang-orang yang rentan.
Seperti halnya bayi atau anak di bawah usia 5 tahun, lansia atau orang yang berusia di atas 65 tahun juga tergolong kelompok rentan.
Begitu pula bagi orang yang memiliki masalah imunitas atau menderita penyakit tertentu.
Selain gejala batuk dan bersin, beberapa orang yang terinfeksi HMPV mungkin mengalami demam dan sakit kepala.
Lalu ada rasa lelah, lesu, mengi dan kesulitan bernapas.
Lebih lanjut ia menjelaskan, “Gejala infeksi HMPV ini, gejalanya bisa parah jika pasien pernah menderita asma sebelumnya.
Dalam kasus yang parah, virus dapat berkembang biak, menyebar dan merusak paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia.
“Bronkiolitis biasanya terjadi pada anak-anak. Bronkiolitis merupakan peradangan pada saluran napas kecil,” tutupnya. Jangan khawatir tentang penyebaran virus HMPV
Ia juga menghimbau warga untuk tidak panik.
Sebab, infeksi HMPV umumnya gejalanya ringan. Dan jika sudah terlanjur terjangkit, cukup melakukan pengobatan luar.
Dalam jumpa pers yang diselenggarakan PB IDI, ia mengatakan, Rabu (1/8/2025) “Jadi gejalanya dikatakan ringan, maka pengobatannya cukup”.
Lebih lanjut, Erlina menyatakan virus HMPV bukanlah penyakit baru. Virus HMPV ditemukan pada tahun 2001, yakni 24 tahun yang lalu.
Oleh karena itu, tidak heran jika virus ini sudah lama menyebar di banyak negara, termasuk Indonesia.
Namun karena gejalanya ringan, tidak ada tes atau pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi virus tersebut.
Dia berkata: “Ya, tidak hanya di Tiongkok, tetapi juga di Amerika Serikat pada akhir tahun. Sedikit peningkatan tercatat. Ya, ini mungkin ada hubungannya dengan fakta bahwa penyebarannya lebih besar di musim dingin. Musim panas atau musim dingin. “
Meski demikian, Erlina tetap mengingatkan masyarakat bahwa ia menilai tidak mustahil Indonesia terjangkit virus HMPV.
Kementerian Kesehatan mengumumkan penemuan kasus HMPV pada anak-anak di Indonesia.