Laporan Reporter Tribunnews.com Willy Widianto TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kesadaran masyarakat akan pentingnya fisioterapi semakin meningkat. Banyak pasien dengan mobilitas terbatas atau nyeri kronis memilih fisioterapi.
Cara ini tidak hanya mengurangi rasa sakit, tapi juga mengembalikan fungsi tubuh menjadi lebih baik. Akses yang lebih luas terhadap layanan fisioterapi diharapkan dapat mendukung rehabilitasi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan masa aktivitas reproduksi pasien.
Fisioterapis biasanya datang dengan keluhan kelumpuhan, saraf terjepit dan pasca operasi. Kondisi ini memerlukan penanganan khusus dan pengobatan rutin. Tujuannya agar pasien bisa kembali beraktivitas tanpa rasa sakit.
Kebutuhan akan terapi fisik semakin meningkat, tidak hanya pada pasien lanjut usia, namun juga pada pasien muda. Cedera atau gangguan saraf pada pasien muda sering kali terjadi akibat aktivitas fisik atau gaya hidup.
Selain gangguan gerak akibat kelumpuhan dan saraf terjepit, masalah postur tubuh juga sering terjadi. Keluhan nyeri punggung dan leher akibat rutinitas kerja yang tidak terduga.
Kebiasaan duduk yang tidak tepat seringkali menjadi penyebabnya. Fisioterapi menawarkan solusi efektif untuk masalah ini. Pendekatannya komprehensif dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Chief Marketing Officer PhysioHome Ananda Farrell menjelaskan, layanan fisioterapi kini mencakup pasien dengan gangguan pergerakan seperti penyakit Parkinson.
“Tujuan pengobatan adalah menjaga mobilitas dan memperlambat perkembangan penyakit. Pasien dapat beraktivitas dengan bantuan minimal. Setiap pengobatan disesuaikan untuk mengoptimalkan hasil dan memenuhi kebutuhan,” ujarnya, Jumat (8/11/2024).
Ananda mengatakan, pentingnya fisioterapi semakin meningkat di zaman modern. Hal ini didorong oleh ekspektasi hidup yang tinggi dan gaya hidup aktif. Akses yang lebih luas diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama dalam menangani keluhan fisik yang mempengaruhi aktivitas dan produktivitas.
Physio Home, kata Ananda, layanan fisioterapi yang memberikan pengobatan langsung di rumah pasien, merupakan inovator dalam mendukung rehabilitasi pasien di Indonesia. Dari lebih dari 100.000 kunjungan, Physio Home mencatat kelumpuhan menjadi keluhan paling banyak, yaitu 42,55 persen. disusul mual dan penyakit lainnya sebesar 28,21%. Keluhan saraf terjepit mencapai 19,71%, kondisi pasca operasi 7,38%, gangguan gerak 1,16% dan parkinson 0,99%.
Anand mengatakan Physio Home berupaya mengurangi rasa sakit yang dialami pasien dan meningkatkan mobilitas pasien dengan cepat sehingga lebih nyaman dan mandiri dalam beraktivitas.
“Banyak pasien kami yang mengalami keterbatasan gerak akibat kelumpuhan atau nyeri hebat akibat saraf terjepit, keduanya sangat mempengaruhi kualitas hidup mereka,” kata Ananda Farrell.
Dalam mengatur jadwal dan prioritas pasien, terutama yang memiliki masalah kesehatan kompleks seperti stroke atau penyakit Parkinson, dokter di rumah menggunakan pendekatan sistematis.
“Setiap pasien menjalani konsultasi awal untuk menilai kebutuhan dan keadaan spesifik mereka sehingga kami dapat menyesuaikan pengobatan yang tepat,” kata Ananda Farrell.
Tantangan terbesar tim terapi fisik di rumah adalah menyesuaikan latihan dengan situasi unik setiap pasien. Pasien stroke memerlukan penanganan yang berbeda dengan pasien saraf terjepit. Terapi dilakukan di rumah, sehingga terapis sering kali perlu menyesuaikan tempat agar tersedia latihan. Hal ini memerlukan fleksibilitas dan kreativitas dari masing-masing terapis agar pelatihannya efektif