Wartawan Tribunnews.com Namira Yuniya
TRIBUNNEWS.COM, Washington – Saham Trump Media & Technology Group milik Donald Trump melonjak 36 persen atau $1,3 miliar, pada Sabtu (29/6/2024).
Jumlah ini meningkat dari US$3 miliar menjadi US$4,3 miliar. Akibat peningkatan ini, total kekayaan Donald Trump mencapai $6,3 miliar, menempatkannya di antara 500 orang terkaya di dunia, menurut majalah Forbes.
Kenaikan saham terjadi setelah pengamat politik AS mengumumkan Trump mengalahkan calon presiden AS (kandidat) 2024 Joe Biden dalam debat tersebut.
Meski Trump telah melontarkan pernyataan aneh dan cukup banyak berbohong. Namun kelemahan Joe Biden semakin terlihat karena Biden beberapa kali gagal menjawab pertanyaan.
Berdasarkan hasil jajak pendapat singkat yang dilakukan CNN International, kinerja Trump dinilai lebih baik dibandingkan Biden, sehingga 67 persen pengamat politik AS menilai Donald Trump tampil lebih baik karena berhasil meraih dukungan Joe Biden dalam debat capres. . berlangsung pada Kamis sore (27/6/2024).
Hasil tersebut sejalan dengan jajak pendapat sebelum debat, di mana 55% masyarakat yakin Trump akan mengalahkan rivalnya, Biden.
“67 persen pengamat memperkirakan Trump akan mendapatkan hasil lebih baik dibandingkan Joe Biden, yang memperoleh hasil lebih baik hanya dengan 33 persen suara,” jelas US Observer.
Selain jajak pendapat CNN, Pemimpin Mayoritas DPR Steve Scalise juga menyebut Trump mampu memenangkan debat hari ini. Sementara menurutnya, Biden tampil buruk pada debat kemarin. Jatuhnya saham Wall Street
Berbeda dengan kenaikan saham Trump, saham Wall Street melemah setelah debat presiden. Hal ini terjadi ketika investor mencerna data inflasi dan mempertimbangkan ketidakpastian politik pasca debat presiden AS.
Saham Dow Jones Industrial Average turun 41,12 poin, atau 0,11 persen, menjadi 39.122,94, menurut Reuters.
S&P 500 turun 22,57 poin, atau 0,41 persen, pada 5.460,30 dan Nasdaq Composite turun 126,08 poin, atau 0,71 persen, pada 17.732,60.
Saham Nike juga turun 19,98% setelah memperkirakan penurunan pendapatan fiskal tahun 2025, yang dapat membebani sektor kebijakan konsumen yang lebih luas.