Reporter Tribunnews.com Reynas Abdila melaporkan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Setelah Joe Biden mengumumkan akan mundur dari pencalonannya sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), kemungkinan Donald Trump memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat semakin besar.
Setelah berusaha membunuhnya saat pidato kampanye terbuka beberapa waktu lalu, Donald Trump justru memenangkan pemilu dari rivalnya saat ini.
Direktur Forexndo Futures Ibrahim Assuaibi menilai kondisi pasar akan bergejolak jika Trump memenangkan pemilu presiden AS.
Menurutnya, penurunan suku bunga berdampak lebih kecil dibandingkan upaya pembunuhan Trump saat kampanye.
“Dalam pertaruhan Amerika, 68 persen yakin Donald Trump akan memenangkan pemilihan presiden,” kata Ibrahim, dikutip Senin (22/7/2024).
Jika terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, Trump berjanji akan melakukan perang dagang tahap ketiga dengan China dan Taiwan.
Taiwan sejauh ini telah menerima senjata dari Amerika, namun tidak pernah mengembalikan apa pun kepada mereka. Trump mengatakan bahwa Taiwan memperlakukan Amerika Serikat sebagai perusahaan asuransi.
“Hal ini menyebabkan saham-saham di Amerika naik terutama ditopang oleh saham-saham teknologi. Di Eropa juga terjadi peningkatan,” kata Ibrahim.
Namun, pasar saham di Asia melemah karena Tiongkok, salah satu negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, menghadapi masalah besar.
Setelah pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tahun 2024 melebihi ekspektasi. Tiongkok mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 4,7 persen dari perkiraan 5,1 persen.
“Harga saham di Asia turun dan ini berdampak pada indeks harga saham di Indonesia dan ini juga berdampak pada rupiah,” kata Ibrahim.
Di sisi lain, Trump menyatakan akan meredam perang yang terjadi di Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina. Ini merupakan titik balik karena sebelumnya Amerika mendukung Ukraina dan mendukung Israel.