Parlemen Jepang Serukan Gencatan Senjata Gaza, Masyarakat Sipil & Pelajar Desak Lakukan Divestasi

Parlemen Jepang menyerukan gencatan senjata di Gaza, dan masyarakat sipil serta mahasiswa menuntut divestasi

TRIBUNNEVS.COM – Parlemen Jepang menyerukan gencatan senjata di Gaza.

Anadolu Agency melaporkan bahwa parlemen Jepang pada hari Kamis mengadopsi resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera di Jalur Gaza Palestina yang terkepung.

Anggota parlemen di majelis rendah parlemen, yang dikenal sebagai Parlemen, juga meminta pemerintah melakukan upaya diplomatik luar biasa dengan negara lain untuk mencapai gencatan senjata dan membebaskan para sandera, Nikkei News melaporkan.

Resolusi tersebut menentang operasi militer Israel di kota Rafah dan menyatakan bahwa situasi kemanusiaan di Gaza sangat kritis.

Jepang telah menyaksikan protes dari kelompok masyarakat sipil serta komunitas pelajar, yang menekan Tokyo untuk melakukan divestasi dari Israel.

Sedikitnya 30 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza, menjadikan total korban tewas sejak 7 Oktober menjadi 37.232 orang, kata Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza yang paling terkena dampaknya, Kamis.

Dalam pernyataan kementerian disebutkan sekitar 85.037 orang terluka dalam serangan tersebut.

Dia menambahkan: “Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka.”

Israel telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan Hamas Palestina pada 7 Oktober, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

Setelah delapan bulan perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza telah hancur akibat blokade yang diberlakukan terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Israel telah didakwa melakukan genosida di hadapan Mahkamah Internasional, yang dalam keputusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di kota Rafah di selatan, tempat lebih dari satu juta warga Palestina melarikan diri dari perang sebelum perang pecah. Invasi terjadi pada 6 Mei.

(Sumber: Monitor Timur Tengah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *