TRIBUNNEWS.COM – Parlemen Eropa meminta Iran dimasukkan dalam daftar organisasi teroris Uni Eropa.
Hal itu tertuang dalam resolusi yang disetujui pada Kamis (24/4/2024).
Resolusi tersebut juga menekankan bahwa keputusan tersebut sudah lama tertunda.
Tak hanya Iran, Parlemen Eropa juga menginginkan kelompok Hizbullah Lebanon dimasukkan ke dalam daftar teroris Uni Eropa.
“Mereka juga meminta Dewan dan Menteri Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell untuk sepenuhnya memasukkan Hizbullah ke dalam daftar yang sama (daftar teroris),” kata Parlemen Eropa dalam sebuah pernyataan. Perintahkan serangan Iran
Parlemen Eropa mengutuk serangan Iran terhadap Israel dan menyerukan deeskalasi.
Anggota Parlemen Eropa memprotes serangan dan serangan rudal Iran baru-baru ini terhadap Israel dan menyerukan lebih banyak sanksi terhadap Teheran.
Parlemen Eropa mengutuk serangan Iran pada 13 dan 14 April 2024 dan menyatakan keprihatinan serius mengenai eskalasi dan ancaman terhadap keamanan regional.
Anggota Parlemen Eropa juga secara terbuka mendukung keamanan Negara Israel dan warganya.
Mereka mengutuk serangan rudal secara bersamaan yang dilakukan oleh proksi Iran, Hizbullah di Lebanon dan pemberontak Houthi di Yaman terhadap Dataran Tinggi Golan dan wilayah Israel sebelum dan selama serangan Iran, kata Parlemen Eropa, Jumat (25/4/2024).
Pada saat yang sama, mereka menyesalkan serangan terhadap konsulat Iran di kota Damaskus, Suriah pada 1 April 2024.
Parlemen Eropa juga mengatakan serangan itu meluas terhadap Israel.
Sambil menyerukan semua pihak untuk menahan diri dari eskalasi lebih lanjut dan menerapkan sanksi maksimum, Parlemen Eropa menyatakan keprihatinan besar mengenai tidak proporsionalnya peran Iran dan aktor non-negara di Timur Tengah.
Anggota Parlemen Eropa menyambut baik keputusan UE untuk memperluas sanksi yang ada terhadap Iran, termasuk sanksi terhadap pasokan dan produksi pesawat tak berawak dan rudal balistik ke Rusia dan Timur Tengah yang lebih luas.
Mereka menuntut sanksi tersebut segera diterapkan. Iran mengkritik Israel
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian mengkritik Israel pasca serangan ke Iran baru-baru ini.
Hossein Amir-Abdollahian menjelaskan, penyerangan tersebut hanya berskala kecil dan menggunakan peralatan yang sudah tua.
Dalam wawancara dengan NBC News, Amir-Abdollahian pun menanggapi permintaan berbagai media tentang ledakan di Isfahan, lokasi pangkalan udara besar. Dia mengatakan menyerang Israel adalah salah.
“Apa yang terjadi kemarin bukanlah sebuah serangan,” kata Amir-Abdollahian.
Dia menambahkan, serangan itu hanya terdiri dari dua atau tiga UAV kecil
Amir-Abdollahian membandingkan UAV Israel dengan mainan anak-anak.
“Seperti mainan yang dimainkan anak-anak kita, bukan drone.”
Diketahui, UAV tersebut lepas landas, terbang seratus meter dan kemudian dihantam oleh pertahanan udara Iran.
UAV tersebut diduga diluncurkan dari dalam Iran, terbang sebentar, dan kemudian dicegat oleh sistem pertahanan udara Iran, kata Amir-Abdollahian.
Namun, Israel menolak berkomentar mengenai keterlibatannya dalam insiden Isfahan, lapor Palestine Chronicle.
Amir-Abdollahian mengatakan Teheran tidak memiliki rencana untuk berbuat lebih banyak terhadap Israel saat ini.
Selama tidak ada serangan baru terhadap kepentingan Iran.
“Kecuali ada serangan baru Israel yang mengganggu kepentingan kami, kami tidak akan melakukan serangan baru,” tegasnya. Namun, jika pemerintah Israel terus melakukan langkah provokatif, dia mengatakan Iran juga akan memberikan tanggapannya.
Amir-Abdollahian memperingatkan bahwa “Respon kami akan cepat dan maksimal dan akan membuat mereka menyesal.”
Pada tanggal 1 April, serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah, menewaskan 13 orang, termasuk dua tentara Iran.
Teheran membalas Israel pada 13 April dengan menembakkan ratusan roket dan drone ke sasaran militer di Israel, beberapa di antaranya dilaporkan mengenai sasaran mereka.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)