Wartawan Tribunnews.com Namira Ionia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV – Ketika perang antara Israel dan Hamas meningkat di Jalur Gaza dan Hizbullah terus mengebom Israel utara, permintaan izin untuk membeli senjata dari Israel pun meningkat.
Sekitar 42.000 perempuan Israel bersaing mendapatkan senjata untuk mempertahankan diri dari serangan Hamas.
Sebelum dimulainya perang Gaza pada 7 Oktober 2023, jumlah ini meningkat tiga kali lipat, dengan hanya 18.000 pemohon yang mengajukan izin pembelian senjata.
Menurut Al Arabiya, pasca perang antara Hamas dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Gaza, permohonan izin pembelian senjata mulai meningkat.
1.194 orang telah terbunuh di Israel sejauh ini, warga Israel menyimpulkan bahwa tentara Israel gagal melindungi warganya dalam perang melawan Hamas.
“Saya tidak pernah berpikir untuk membeli senjata atau mendapatkan izin. Namun setelah 7 Oktober, segalanya berubah sedikit,” kata profesor ilmu politik Limor Gon setelah mengikuti kelas senjata api di lapangan tembak Pantai Barat.
Manajer komunitas Yahel Reznik mengatakan hal serupa, mengakui bahwa dia dan keluarganya dulu tinggal di daerah perbatasan, tiga kilometer sebelah utara kota Sulphite di Palestina, tetapi merasa aman setelah dipersenjatai.
“Berkat pelatihan, saya bisa membela diri dan melindungi orang lain dari serangan,” ujarnya.
Selain kekhawatiran bahwa angkatan bersenjata Israel telah dikalahkan oleh Hamas, pelonggaran undang-undang senjata oleh pemerintah sayap kanan Israel dan Menteri Keamanan sayap kanan Itamar Ben Givir telah menyebabkan peningkatan pembelian senjata Israel.
Ben-Gvir berpendapat bahwa warga bersenjata dapat mempertahankan diri dari serangan orang bersenjata.
Menurut peraturan ini, setiap warga negara yang berusia di atas 18 tahun yang telah menyelesaikan pelatihan dasar militer dan memiliki pengetahuan dasar bahasa Ibrani dapat memiliki senjata api.
“Saya mendukung kebijakan utama Israel yang mempersenjatai warga Yahudinya. Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Givir mengatakan: “Senjata di tangan kanan dapat menyelamatkan nyawa.” Memfasilitasi kepemilikan senjata mempunyai kelebihan dan kekurangan
Para penentang mengatakan bahwa melonggarkan kepemilikan senjata akan membuat warga Israel merasa lebih aman, namun melonggarkan undang-undang pengendalian senjata akan menyebabkan meningkatnya kekerasan antara warga Israel dan Palestina.
“Senjata-senjata ini tidak akan digunakan untuk melawan Hamas, tidak akan digunakan di garis depan,” kata Mohammad Darausheh, direktur strategi di pusat komunitas Givat Haviva.
Contoh utama dari hal ini adalah pembunuhan Yuval Castleman, seorang pria bersenjata Israel yang menembaki penyerang Palestina di Yerusalem bulan lalu.
Yuval kemudian ditembak mati oleh polisi yang mengira dia orang Palestina.