News Life, JAKARTA – Sekjen PAN Eddie Soparno menolak gagasan mahasiswa membayar SPP menggunakan pinjaman online (Piñol).
Menurut Ed, bukannya membantu, Piñol justru membebani siswa
“Dari berbagai jenis pembiayaan, Pinol termasuk dalam kategori pinjaman yang paling mahal. Selain persyaratannya ringan, agunannya nol dan pemberi pinjaman hampir tidak mengenal debiturnya,” ujarnya, Rabu (3/7/2024).
“Meminjam untuk membiayai kuliah berpotensi menciptakan lebih banyak masalah daripada solusi,” katanya.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI menjelaskan, pinjaman berisiko tinggi seperti pinjol memang memiliki bunga yang sangat mahal dan selalu membebani pelajar.
“Kita harus ingat bahwa ketika mahasiswa lulus, mereka masih perlu mencari pekerjaan. Masa tunggu untuk mendapatkan pekerjaan pun berbeda-beda antara satu pelajar dengan pelajar lainnya. Sedangkan bunga dan biaya Piñol akan terus dan terus meningkat nilainya, misalnya karena keterlambatan pembayaran,” kata Eddy.
“Kami ingin lulusannya mempunyai kualitas yang baik. Tapi bagaimana caranya kalau setelah lulus mereka terlilit hutang dan stres karena menjadi sasaran ancaman debt collector,” lanjutnya.
Politisi yang memiliki pengalaman 20 tahun sebagai profesional di bidang perbankan dan lembaga keuangan internasional ini mencontohkan, hanya di Amerika saja banyak pelajar yang mengalami depresi mental karena memiliki pinjaman mahasiswa di lembaga perbankan. Meskipun pinjaman mahasiswa rata-rata memiliki tingkat bunga terendah di Amerika.
“Bisa dibayangkan betapa stresnya mahasiswa kita ke depan jika memiliki pinjaman bunga selangit dan dikejar-kejar debt collector,” ujarnya.
Karena itu, menurut Ed, sangat tidak bijaksana jika membuka wacana mahasiswa membayar UCT dengan pinjaman.
“Saya yakin dan percaya bahwa ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk membantu siswa membiayai pendidikannya.
“Solusi politik harus diutamakan dan hindari pinjaman online sebagai solusi bagi mahasiswa,” ujarnya. Ia sebenarnya didukung oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhajir Effendi sebelumnya mendukung mahasiswa pengguna pinjaman online (pinjol) untuk membayar Biaya Pendidikan Terpadu (UCT) jika mengalami kesulitan ekonomi.
Selama pinjoli yang digunakan resmi dan tidak merugikan, Muhajir melihat tidak ada larangan bagi siswa untuk menggunakan pinjoli tersebut.
Menurutnya, jika ada penipuan, maka kesalahan ada pada pengguna yang malah menuduhnya memanfaatkan celah tersebut.
“Pada dasarnya, kita harus mendukung semua inisiatif baik untuk membantu siswa. kata Muhajir di Gedung DPR Senayan, Jakarta, Selasa (7/2/2024) kemarin.
“Pinole sebenarnya hanyalah sebuah sistem. Lalu terjadi penipuan, terjadi pelecehan, itu manusiawi,” lanjutnya.
Muhajir mengatakan, ada universitas di Jakarta yang bermitra dengan Pinyol untuk membantu mahasiswanya.
Ia kemudian meminta agar pernyataannya tidak disalahartikan.
“Itu soal penilaian, bisa saja berbeda, kemarin saya bilang korban judi online bisa diberikan bansos, bisa diartikan penjudi mendapat bansos. Ini hanya penilaian yang salah,” tambah Muhajir.
Diketahui, banyak mahasiswa yang mengeluhkan mahalnya Biaya Kuliah Perorangan (UCT) universitas yang meningkat beberapa kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Keluhan tersebut salah satunya dilontarkan mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) yang melakukan aksi protes di depan pastoran terhadap mahalnya UCT.
Selain Unsoed, mahasiswa Universitas Sebela Maret (UNS) Solo juga menuntut rektor membatalkan UCT kelas 9.