Tidak ada negara di dunia yang memproduksi mobil listrik sebanyak Tiongkok. Akibatnya, pasar Tiongkok dianggap sebagai persaingan sengit bagi produsen mobil Barat yang bertaruh pada dominasi.
“Pada bulan April, kami kembali melihat gelombang pemotongan harga,” kata anggota dewan Volkswagen Ralf Brandstätter. Persaingan harga yang ketat akan terus berlanjut di masa depan.
Dalam waktu dua tahun, Brandstatter memastikan VW akan mampu menghadapi persaingan harga di China melalui subsidi silang, yaitu keuntungan dari penjualan mobil tradisional untuk diinvestasikan dalam pembiayaan pengembangan mobil listrik.
“Rencana dua tahun menunjukkan masa-masa sulit bagi Volkswagen,” kata analis otomotif Jerman Jürgen Piper.
“Volkswagen Group berada di bawah tekanan besar di Tiongkok dan menghadapi persaingan harga yang ketat,” katanya. Dalam dua tahun, mereka ingin mengejar ketinggalan. Namun niat ini lebih menjanjikan. BYD mendominasi pasar listrik
Tiongkok adalah pasar besar bagi produsen mobil Jerman seperti Grup Volkswagen, yang mencakup merek Mercedes, BMW, dan Audi. Namun keunggulan Jerman dalam teknologi pembakaran dalam, ICU, nyaris tak tertandingi, namun lain halnya dengan kendaraan listrik.
BYD kini telah mengambil alih posisi Volkswagen sebagai produsen mobil terbesar di Tiongkok. Ketika pabrikan Eropa memilih untuk terus mengembangkan mesin ICU yang efisien dan efisiensi bahan bakar yang lebih besar, perusahaan bertaruh untuk membangun impian mereka dari awal di pasar mobil listrik, termasuk pengembangan teknologi baterai.
Saat ini BYD menguasai 25% pangsa pasar kendaraan listrik di China. Sebagai perbandingan, pembuat mobil listrik AS, Tesla, mencatatkan pangsa pasar 12% dan Volkswagen hanya 5%.
Momentum ini dinilai sangat penting karena penjualan kendaraan listrik di China akan mencapai 40% pangsa pasar pada tahun ini saja. Tahun depan, setengah dari mobil yang dijual di Tiongkok adalah mobil listrik. Pasar kendaraan listrik stagnan
Faktor terbesar yang menghambat perkembangan mobil listrik adalah stagnannya pasar kendaraan di Tiongkok. Dalam konteks ini, Volkswagen menjadi salah satu perusahaan yang paling terdampak karena dikaitkan dengan masyarakat kelas menengah ke bawah. Sedangkan BMW atau Mercedes dinilai aman karena fokus di pasar mobil mewah.
Menurunnya permintaan di Tiongkok membebani Tesla. Akibatnya, pabrikan asal Texas, AS meluncurkan model yang lebih murah, sehingga memaksa pabrikan lain menurunkan harga dan mengurangi margin keuntungan.
Penjualan mobil listrik di Jerman melemah karena tingginya harga beli dan kurangnya infrastruktur pengisian daya. Selain itu, dengan suku bunga yang tinggi, konsumen didorong untuk melakukan pembelian dengan uang tunai dibandingkan menggunakan kartu kredit, sehingga menurunkan suku bunga pembelian.
Menurut badan transportasi Jerman, KBA, penjualan mobil listrik turun 14% pada kuartal pertama tahun ini. Hemat Tesla dan VW
Tesla menanggapi lesunya pasar listrik dengan memberhentikan 10% tenaga kerjanya di seluruh dunia. Menjelang pameran otomotif di Beijing pada Rabu malam (24 April), CEO Tesla Elon Musk mengumumkan penurunan laba untuk pertama kalinya dalam 4 tahun.
Menurut laporan tersebut, keuntungan perusahaan berkurang setengahnya, sementara penjualan mobil baru pada kuartal pertama tahun ini turun 9% dibandingkan tahun 2023. Akhir pekan lalu, Tesla kembali menurunkan harga beberapa model mobilnya.
Ketidakpastian pasar kendaraan listrik global memaksa Volkswagen meningkatkan produksinya. Di kantor pusatnya di Wolfsburg, VW mengumumkan rencana untuk memotong anggaran staf administrasi sebesar 20%.