Paman Putu Satria Duga Tegar Aniaya Keponakannya karena Cemburu Korban Dikirim ke China Jadi Mayoret

BERITA TRIBUN. Jalan yang salah.

Ia menduga tersangka iri dengan keponakannya karena dikirim ke China untuk berbisnis atas nama STIP Jakarta.

Dikutip dari Tribun Bali, Minggu (5 Mei 2024), Budiarta mengatakan, “Pesan dari pengawas, keponakan saya sudah lulus profesi dan akan dikirim ke China.”

Budiarta mengatakan keponakannya harus diberangkatkan ke China pada tahun ini.

“Dari dosen pembimbing katanya tahun ini (Putu Satria dikirim ke China), dosen pembimbing bilang, saya tidak desain,” ujarnya.

Ia juga menilai penggelapan uang tidak terulang di STIP Jakarta, meski kejadian serupa terjadi beberapa tahun lalu.

“Itu bukan Plonco, bukan Plonco,” ujarnya. “Sebenarnya di STIP tidak ada kekerasan.”

Budiartha pun ingin Tegar dihukum seberat-beratnya karena telah mencabut nyawa keponakan kesayangannya.

“Saya ingin pelakunya dihukum seberat-beratnya karena dia membawa pergi (keponakan saya),” katanya.

Sedangkan jenazah Putu Satria tiba di RSUD Klungkung Bali hari ini.

Upacara adat ngaben masih menunggu tanggal yang tepat agar jenazah Putu bisa dititipkan sementara ke RSUD Kabupaten Klungkung.

Salah satu pelatih dari STIP Jakarta pun membawa jenazah Putu dari Jakarta menuju Klungkung.

Kronologis penganiayaan, tersangka terancam hukuman 15 tahun penjara, mahasiswa STIP tahun 2 Tegar Rafi Sanjaya (21) asal Jakarta, Sabtu (4/5/2024). (Tribunnews.com/Ibriza)

Penganiayaan Putu terhadap Tegar terjadi pada Jumat (5/3/2024) sekitar pukul 07.55 WIB usai jalan-jalan santai.

Detik-detik maut tewasnya Putu bermula saat tersangka mengajak korban dan beberapa rekannya ke toilet pria sekolah tersebut.

Maksud dari seruan tersebut hanyalah hal sepele yaitu pakaian olahraga.

“Setelah memastikan tidak ada orang di dalam kelas, mereka (korban dan temannya) ditelepon oleh T yang menanyakan kepada korban kenapa dia memakai pakaian olahraga saat pergi ke gedung pendidikan.” Cabang Intelijen Kriminal. AKBP Hadi Saputra Siagian kepada Polres Metro Jakarta Utara dalam keterangannya, Sabtu (4/5/2024).

Pelaku kemudian mengajak Putu dan beberapa rekannya ke toilet dan meminta mereka mengantri.

Namun saat itu Putu dan rekan-rekannya masih belum mengetahui apa yang dimaksud Tegar dengan tawaran mereka.

Tak lama kemudian, Tegar langsung meninju Puta Solar sebanyak lima kali.

“Itu menabrak matahari dan membuat korban pingsan,” katanya.

Setelah Puta pingsan, Tegar dilarikan ke rumah sakit.

Namun sesampainya di rumah sakit, denyut nadi Putuh masih berdetak.

Tegar terus berusaha menyelamatkan kakinya namun sayang tak mampu menyelamatkan taruna berusia 19 tahun itu.

Kapolres Metro Jakarta Utara Sisir Gideon Arif Setiawan mengatakan, upaya penyelamatan kaki Tegar sebenarnya diyakini menjadi penyebab utama kematiannya.

Gideon mengatakan dalam jumpa pers yang digelar di Polres Metro Jakarta Utara, Sabtu malam, “Fakta menunjukkan penyebab utama hilangnya nyawa korban adalah upaya yang dilakukan sesuai keterangan tersangka (TRS).”

Gideon menemukan kaki Tegar menghalangi jalan napasnya, dan korban kehabisan oksigen.

“Menurut tersangka, tangannya membekap mulut (korban) untuk mengeluarkan lidah korban, namun justru menghalangi (saluran napas) dan korban meninggal,” jelas Gideon.

Selain itu, kata dia, sepanjang kasus tersebut, motif tersangka memukul korban berkali-kali karena faktor usia.

Lebih lanjut, Gideon juga menilai pihaknya telah menemukan arogansi para sesepuh dalam kasus tersebut.

Motifnya mungkin kolot, kalau dibilang arogansi kolot, ujarnya.

Tegar ditetapkan sebagai satu-satunya tersangka kematian Putu dan didakwa melakukan pembunuhan berdasarkan Pasal 338 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.

Sebagian artikel dimuat di Tribun Bali dengan judul “Paman Ungkap Motif Penganiayaan Putu Satria, Ingin Hukuman Pidana”.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/) (Tribun Bali/Eka Mita Suputra)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *