TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Pertahanan Israel diduga memaksa warga sipil Palestina masuk ke terowongan Hamas.
ISIS khawatir terowongan itu akan direbut. Jadi mereka memilih untuk memaksa Palestina masuk terlebih dahulu.
Praktik menggunakan warga Palestina sebagai “perisai manusia” ini diberitakan oleh Haaretz, sebuah media terkenal Israel.
Laporan tersebut mengatakan ISIS telah “menyambut” warga Palestina, yang menurut mereka akan menjadi aset berharga dalam operasi melawan Hamas di kota tersebut.
Kebanyakan pengguna di Israel adalah orang dewasa, namun ada juga yang berusia lanjut dan remaja.
Warga Palestina ditangkap dan dipaksa masuk ke dalam terowongan dan bangunan yang diduga sebagai jebakan.
Menurut militer Israel, akan lebih baik jika warga sipil Palestina yang melakukan ledakan dibandingkan tentara Israel.
“Ledakan mereka lebih baik dibandingkan tentara,” kata salah satu tentara Israel mengenang perkataan komandannya. Foto yang diambil pada 15 Desember 2023 saat tur pers yang diselenggarakan oleh tentara Israel ini menunjukkan terowongan yang digunakan Hamas untuk menyerang Israel melalui perbatasan Erez pada 7 Oktober 2023. (JACK GUEZ/AFP)
Komandan militer Israel mengaku membenarkan tindakan tersebut.
Beberapa tentara berkata, “Mereka lebih menghargai nyawa kami daripada nyawa mereka.”
“Ada kebanggaan dalam praktik itu.”
Warga Palestina yang dipaksa masuk ke dalam terowongan Israel diberitahu bahwa mereka akan dibebaskan setelah “misi” mereka selesai.
Para tentara mengatakan warga Palestina diambil alih oleh ISIS dalam waktu seminggu pada tanggal tertentu.
Haaretz mengklaim bahwa praktik ini telah meluas di Gaza dalam beberapa bulan terakhir. Kepala Staf Israel, Jenderal Herzi Halevi, bahkan disebut-sebut mengetahui praktik tersebut.
“Ini bukan pertama kalinya seorang komandan muda dan bodoh membawa seseorang tanpa diminta,” kata salah seorang prajurit.
Kesaksian tentara yang dikutip dari buaian tersebut menguatkan video yang dipublikasikan Al Jazeera dua bulan lalu.
Video tersebut memperlihatkan tentara Israel mengenakan seragam dan rompi pada sekelompok warga Palestina yang ditangkap.
Tangan mereka disatukan di belakang tubuh mereka. Mereka juga dikirim ke rumah-rumah yang hancur dan pintu masuk terowongan setelah kamera dipasang.
“Oh iya, benar sekali,” kataku saat membaca laporan Al Jazeera yang juga menceritakan tentang tentara yang menggunakan Gaza sebagai tameng manusia.
Haaretz melaporkan bahwa militer Israel telah mengadopsi praktik ini. Pada tahun 2002, praktik ini diperkenalkan dan disebut “prosedur yang berdekatan”.
Seorang tentara Israel mengatakan brigadenya pernah menculik seorang anak laki-laki berusia 16 tahun dan menggunakannya sebagai tameng manusia.
“Sekitar lima bulan lalu, dua warga Palestina dibawa ke kami,” kenangnya.
“Salah satunya berusia 20 tahun, dan yang lainnya berusia 16 tahun. Kita diberitahu, “Gunakan merek, itu adalah gas, gunakan itu sebagai pertahanan.”
Militer Israel menanggapi laporan tersebut dan mengakui bahwa mereka melarang penggunaan perisai manusia.
“Arahan dan perintah ISIS menentang penggunaan misi militer yang dengan sengaja membahayakan nyawa warga sipil Gaza yang terjebak di medan perang,” kata ISIS.
IDF mengatakan laporan latihan telah dikirim ke pihak berwenang untuk ditinjau.
Perang di Gaza kini sudah berlangsung sepuluh bulan.
Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan lebih dari 39.000 warga Gaza tewas akibat serangan Israel.
(Berita Tribun/Februari)