Pakar Tanggapi Program Makan Gratis: Harus Ada Intervensi Pemerintah untuk Perbaiki Gizi Anak

Laporan Jurnalis Tribunnews.com Shirul Omam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pakar kesehatan masyarakat Indonesia Hermawan Saputra mengatakan program makanan bergizi gratis merupakan salah satu bentuk investasi dan cara efektif negara untuk meningkatkan gizi masyarakatnya.

Hal itu diungkapkannya menanggapi pernyataan ekonom yang juga penganjur Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di bawah kepemimpinan Sekretaris Jenderal PBB Jeffrey Sachs yang menilai program ini sangat terkait dengan peningkatan kualitas pendidikan.

Hermawan berharap program makan siang gratis yang kini dikenal dengan Makan Bergizi Gratis di bawah pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gebran Rakabuming Raka, menjadi investasi penting dan efektif dalam perbaikan gizi.

Ia meyakini hal ini bisa menjadi langkah baik jika program pangan gratis bergizi ini dikelola dengan baik dan diyakini akan membawa Indonesia mencapai impian Indonesia Emas 2045.

“Efektif jika dipimpin oleh pakar kesehatan masyarakat, jika dipimpin oleh praktisi gizi kesehatan, berarti kampanye ini harus beralih dari kampanye makan siang gratis menjadi makanan bergizi gratis, jadi idenya adalah makanan bergizi ini harus meningkatkan gizi secara signifikan,” kata Harmawan dalam keterangannya, Rabu (7/10/2024).

Ketua Umum Ikatan Kesehatan Masyarakat PP Indonesia (IAKMI) mengatakan perlu adanya intervensi pemerintah yang tepat untuk memperbaiki gizi agar anak dan remaja Indonesia memiliki fungsi fisiologis, kecerdasan, dan sistem kekebalan tubuh yang baik di masa depan.

“Jadi kita berpeluang besar Indonesia emas di tahun 2045, jadi kalau kita benar-benar berusaha melakukan intervensi khusus yang sesuai dengan usia anak dan remaja, maka dalam 21 tahun ke depan akan ada dampaknya, terutama pada aspek psikologi. Kekuatan berpikir dan kekuatan berpikir informasi,” ujarnya. Stabilitas, kondisi fisik, dan aspek tumbuh kembang itu sendiri merupakan metode intervensi.

Hermawan juga berharap program ini menjadi pintu gerbang pengendalian konsumsi gula, garam, dan lemak berlebihan yang berujung pada risiko penyakit. Pasalnya, Indonesia merupakan negara dengan angka diabetes tertinggi di ASEAN.

“Program ini juga dapat menjadi masukan bagi inisiatif pengendalian konsumsi gula, garam, dan lemak berlebih. Negara kita merupakan negara dengan angka diabetes atau kencing manis tertinggi di ASEAN dan negara terbesar keempat di dunia,” ujarnya.

“Nah, risiko penyakit tidak menular itu harus kita kendalikan. Sekarang menjadi masalah BPJS, tingginya pelayanan rumah sakit karena penyakit tidak menular dan sumbernya dari makanan,” ujarnya.

Hermawan menegaskan, program makan bergizi ini tidak hanya sekedar proyek, tanpa memperhatikan detail menu serta tumbuh kembang penerima makanan bergizi tersebut.

“Yang utama dari program ini adalah mendatangkan ahli kesehatan masyarakat dan ahli gizi sehat, jangan dijadikan sekedar proyek gizi seperti itu, dan dilanjutkan tanpa evaluasi dan tanpa kajian tumbuh kembang sia-sia saja,” katanya.

Lanjutnya, “Gerakan perbaikan gizi namun sekaligus memberikan dampak signifikan terhadap pengendalian penyakit lain di Indonesia asalkan partisipasinya tepat sasaran.”

Hermawan mengatakan, ke depan sebaiknya pemerintah juga membentuk organisasi atau lembaga khusus yang menangani program pangan bergizi, agar program prioritas Prabowo-Gibran ini berdampak signifikan.

Ia menambahkan: “Untuk itu, jika dibentuk organisasi atau lembaga gizi yang menangani hal tersebut, itu adalah hal yang baik, asalkan melibatkan teknokrat seperti ahli kesehatan masyarakat dan ahli gizi sehat agar tidak sia-sia. .”

Sebelumnya, Jeffrey Sachs, ekonom dan calon SDG di bawah kepresidenan Sekretaris Jenderal PBB, berbicara pada konferensi publik bertajuk “Membangun Masa Depan Berkelanjutan melalui Pembelajaran Seumur Hidup dan Pengembangan Keterampilan” yang diselenggarakan oleh Prakirja, United in Diversity (UID) dan The Sustainable Dasar. Development Solutions Network (SDSN) mengatakan program pangan bergizi gratis merupakan bentuk investasi dan cara efektif negara untuk meningkatkan gizi masyarakat.

“Program ini merupakan ide bagus dan program pengembangan gizi efektif yang dilaksanakan oleh negara. Program ini telah dijalankan sejak masa kanak-kanak dan bekerja sama dengan program pemberian makanan di sekolah,” kata Sachs.

Meskipun Sachs mengakui bahwa program makanan bergizi gratis tidaklah murah, namun jika diterapkan dengan baik, hal ini dapat menjadi investasi yang berdampak besar.

Sachs kemudian menjelaskan banyak dampak dan manfaat yang dapat diperoleh melalui program ini, khususnya bagi anak-anak dan ibu hamil serta peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Program ini memberi anak-anak dan wanita hamil akses rutin terhadap makanan bergizi, kata Sachs. Dengan begitu, mereka bisa terhindar dari stunting dan malnutrisi yang dikhawatirkan akan berdampak pada perkembangan gizi dan kognitifnya.

Kedua, mendukung proses belajar mengajar serta menghasilkan tenaga kerja masa depan yang efisien, ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *