Pakar Soroti Kabar Tertahannya 490 Ton Beras Impor di 2 Pelabuhan

Laporan Jurnalis Tribunnews.com, Danang Triatmojo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pakar hukum pidana Universitas Bang Karno (UBK) Hudi Yusuf menyoroti kabar 490 ton beras impor senilai Rp 350 miliar tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Hoodi mempertanyakan Bulog yang masih melakukan kesalahan meski sudah berpengalaman dalam teknis pengelolaan angkutan dan jadwal bongkar muat.

“Menurut saya, kelas Bulag yang sudah berpengalaman tidak mungkin masih direpotkan di pelabuhan soal jadwal pengangkutan dan bongkar muat karena sudah berpengalaman menangani hal-hal teknis seperti itu,” kata Hoody kepada wartawan, Senin (17/). 6/2024).

Menurutnya, membayar denda sebesar Rp 350 miliar akan berdampak pada hajat hidup banyak orang.

Akibatnya harga naik dan membebani masyarakat.

Mereka sangat prihatin dengan adanya rekayasa terkait tertundanya impor beras sebanyak 490 ribu ton di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Terkait hal itu, Hadi berharap aparat penegak hukum, termasuk Komite Pemberantasan Korupsi (KPK), datang dan mengusut apakah ada kejanggalan dalam pengendalian bongkar muat barang di pelabuhan.

“Menurut saya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus mengusut apakah ada aktivitas ilegal dan penyalahgunaan kekuasaan dalam pengendalian bongkar muat barang di pelabuhan,” kata Hoodi.

“Harus diambil tindakan hukum karena akan berdampak pada hajat hidup orang banyak, yakni masyarakat akan terbebani dengan kenaikan harga beras,” lanjutnya.

Sebagai informasi, sekitar 490 ribu ton impor dari Bulag berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta dan Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya.

Akibat situasi tersebut, biaya demurrage (denda) yang harus dikeluarkan Bullag sekitar Rp 350 miliar.

Potensi demurrage tersebut diduga disebabkan adanya perubahan kebijakan Badan Pangan Nasional (BAPANAS) yang mengharuskan impor menggunakan kontainer, padahal sebelumnya cukup menggunakan kapal berukuran besar.

Masalahnya, denda yang harus dibayar Bulag untuk menutupi biaya tambahan tersebut akan mempengaruhi harga eceran beras. Artinya, pemerintah harus memberikan subsidi lebih besar kepada Bulag.

Sementara itu, sebagian beras diimpor di Tanjung Priok berkat bantuan Menteri Keuangan Airlanga Hartarto dan Menteri Koordinator Pak Mulyani selama pengerjaan pelabuhan. Sekarang barangnya ada di gudang Bulag.

Sebelumnya, Direktur Rantai Pasok Bulag Suyamto membantah kabar tersebut. Dijelaskan, seluruh proses impor, pembongkaran, dan distribusi beras impor tersebut akan berjalan lancar pada tahun 2024.

“Tidak ada jalur kapal di Prayok,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Selasa (11/6/2024) malam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *