Pakar Sebut Aksi Bela Palestina Harus Berbasis Moral dan Spontanitas atas Situasi di Gaza

Laporan reporter Tribunnews.com Danang Triatmojo

Berita Tribun. 

Kelompok tersebut diyakini telah memasuki demonstrasi Palestina, memasang spanduk pro-bisnis dan melakukan aktivitas serupa di media sosial.

Pakar ilmu komunikasi Satrio Arismunander mengatakan, masyarakat yang terkena dampak situasi di Gaza, Palestina, hendaknya menjadi sukarelawan untuk bekerja melindungi Palestina. 

“Kita ikuti politik luar negeri Indonesia, konstitusi kita amanah perdamaian dunia dan sebagainya,” kata Satrio, Kamis (20/6/2024).

“Gerakan spontan harus dihormati dan dihormati sebagai bagian dari hak demokrasi mereka untuk mendukung Palestina,” ujarnya.

“Jadi ada masyarakat di Palestina yang termotivasi atau terpengaruh dengan situasi di Gaza, sehingga mereka melakukan demonstrasi dan lain-lain. Kami mengapresiasi dan mengapresiasi hal tersebut.” 

Namun, menurutnya, ada situasi berbeda di mana sekelompok pihak mencoba mendukung gerakan tersebut dengan memanfaatkan isu Palestina untuk tujuan tertentu. Misalnya, perang bisnis yang disamarkan sebagai boikot.

Jadi tujuannya bukan untuk melindungi Palestina, tapi untuk mengemas atau mengemas. Padahal, tujuannya untuk tujuan lain, misalnya untuk tujuan komersial.

Salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ini mengemukakan, ada beberapa kelompok yang mengambil tindakan untuk membela Palestina dalam perang dagang. 

“Misalnya mereka punya suatu produk, produk itu bersaing dengan produk lain, lalu mereka sengaja menuduhnya mendukung Israel. “Kelompok-kelompok ini sengaja menggunakan isu Palestina untuk menyerang lawan-lawan mereka karena mereka mempunyai kesempatan untuk melakukannya.” 

Terlihat Satrio memiliki kelompok yang agresif menyerang produk tertentu dari segi fitur, sikap, dan susunan kata.

“Jadi kelompok atau pihak yang muncul di luar tidak menunjukkan siapa dalangnya. “Tetapi yang penting adalah mereka agresif dalam pernyataan, pandangan, dan menyerang produk tertentu.” 

“Biasanya suatu kelompok dibentuk secara tiba-tiba untuk tujuan tertentu lalu dibubarkan. “Membela Palestina hanya dijadikan isu anti babi,” kata Satrio.

Sementara itu. Wakil Sekretaris Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) K.H. Khariri McMahon juga menyayangkan adanya pihak yang mengeksploitasi penderitaan rakyat Palestina dan mengarang-ngarang narasi politik apapun, termasuk narasi khilafah.

Hariri berkata: “Menjadikan isu kemanusiaan Palestina sebagai agenda kekhalifahan akan merugikan rakyat Palestina.”

Ia mengatakan Palestina telah menjadi masalah global dengan pelanggaran hak asasi manusia, genosida, dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Aktor-aktor yang terlibat dalam penyelesaian masalah Palestina lebih luas dan tidak terbatas pada sentimen nasional, etnis, dan ras.

Ia meminta semua pihak menyuarakan keprihatinannya dengan menjaga kebebasan dan keadilan Palestina agar para pendukung ideologi khilafah tidak menjadi korban.

Mari kita tunjukkan kepedulian kolektif untuk melindungi kebebasan dan keadilan Palestina serta mencegah pengambilalihan oleh para pendukung ideologi kekhalifahan.

Sementara itu, Nurizal Ismail, Dosen Senior Sejarah Ekonomi Institut Islam Tazqiya dan Ekonom Yayasan Mumtaz, mengatakan langkah bela Palestina tidak ada hubungannya dengan isu khilafat. 

Langkah ini berkontribusi pada krisis kemanusiaan jangka panjang yang dihadapi rakyat Palestina akibat penindasan negara Zionis Israel.

“Makanya jangan angkat isu khilafat karena tidak ada hubungannya. Malah akan mencoreng nama Islam. Lebih baik melakukan kerja kemanusiaan.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *