TRIBUNNEWS.COM – Ilmuwan politik Amerika Norman Finkelstein menuduh mantan Presiden Mahkamah Internasional (ICJ), Joan Donoghue berbohong dengan mengatakan bahwa ICJ tidak percaya Israel melakukan genosida di Gaza.
Pernyataan pakar konflik Israel-Palestina itu disampaikan saat sesi wawancara dengan reporter Al Arabiya Engih, Riz Khan.
Wawancara akan dipublikasikan minggu depan.
“Pada bulan April, Presiden ICJ Joan Donoghue mengatakan ICJ tidak menemukan (fakta) bahwa Israel melakukan genosida,” kata Finkelstein.
“Itu benar-benar kebohongan yang tidak tahu malu dan memalukan,” lanjutnya.
Lanjutnya, pengadilan menyatakan menemukan hak-hak warga Palestina di Gaza terancam.
Berdasarkan yurisprudensi pengadilan, jika hak warga Palestina di Gaza terancam, hal itu hanya akan terjadi jika Israel melakukan genosida, ujarnya.
“Kasus ini dibawa ke pengadilan berdasarkan Konvensi Genosida. “Warga Palestina adalah kelompok yang dilindungi sehingga mereka mempunyai hak berdasarkan Konvensi Genosida,” jelasnya.
Dalam wawancara tersebut, Finkelstein menekankan bahwa hak asasi manusia yang paling penting adalah hak untuk hidup, hak untuk dilindungi sebagai suatu kelompok etnis.
Ketika pengadilan menyatakan bahwa warga Palestina mempunyai hak yang wajar, itu berarti terdapat hak yang wajar terkait dengan situasi di Gaza saat ini.
“Sekarang, mereka hanya bisa diancam berdasarkan Konvensi Genosida, jika Israel melakukan genosida,” kata Finkelstein.
“Apa yang dikatakan (Donoghue) – saya akan memberitahu Anda tanpa ragu-ragu – adalah kebohongan yang tidak tahu malu dan mengejutkan,” katanya.
Ketika perang Israel-Hamas pertama kali pecah, Finkelstein menggambarkan serangan Israel terhadap Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Gaza sebagai “peristiwa mengerikan dalam skala besar.”
“Israel selalu menyangkal bertanggung jawab,” ujarnya, seperti dikutip dari Anadolu (21/10/2023).
Finkelstein mengatakan ada dua kemungkinan respons terhadap serangan rumah sakit Israel, yang pertama adalah emosional dan intelektual.
Secara emosional, katanya, jelas (serangan terhadap Israel) adalah kejutan besar.
“Jika Anda mengikuti peristiwa ini selama 20 tahun, pada akhirnya Anda akan menjadi tidak berdaya, tidak peka, atau terkena kebrutalan yang terjadi setelahnya,” jelasnya.
“Saya menghabiskan sebagian besar masa dewasa saya untuk mendokumentasikan serangkaian kekejaman terhadap masyarakat Gaza,” jelasnya.
Dipuji oleh New York Magazine sebagai pakar Amerika yang paling berani mengenai Israel-Palestina, ia telah menghabiskan 40 tahun terakhir bekerja dengan media dan akademisi.
Kemudian serangan Hamas tanggal 7 Oktober membawanya menjadi sorotan dan bukunya yang ke-13, Gaza: An Inquest Into Its Martyrdom.
Bukunya menjadi buku terlaris dalam kategori Sejarah Timur Tengah di Amazon. Siapakah Norman Finkelstein?
Pria bernama lengkap Norman Gary Finkelstein ini adalah seorang ilmuwan politik, aktivis, guru, dan penulis Amerika.
Bidang penelitian utamanya adalah konflik Israel-Palestina dan politik Holocaust karena ia terinspirasi oleh pengalaman orang tuanya yang selamat dari Holocaust.
Ia lahir pada tanggal 8 Desember 1953, di Brooklyn, New York City, New York, Amerika.
Orang tuanya adalah Maryla Husyt Finkelstein dan Zacharias Finkelstein.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)