Reporter Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi melaporkan.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Musim hujan telah tiba.
Hujan setelah musim panas membawa kebahagiaan bagi kebanyakan orang.
Karena setelah hujan udara menjadi sejuk dan tidak panas lagi.
Namun bagi sebagian orang, cuaca dingin membawa permasalahan baru.
Seseorang terkena flu dan alergi. Dokter berpengaruh Dr. Farhan Zubadi juga menjelaskan alergi dingin.
“Sebetulnya kalau kita bicara alergi, kita bicara tentang yang namanya gatal-gatal. Itu reaksi tubuh terhadap paparan tertentu,” ujarnya, Senin (12/9/2024) dalam talkshow virtual Kementerian Kesehatan. . . .
Biduran merah, ini merupakan alergi kulit yang ditandai dengan ruam yang terasa gatal.
Alergi dingin sendiri merupakan respon tubuh terhadap paparan suhu dingin.
Paparan suhu dingin menimbulkan angin, bisa melalui air atau permukaan yang dingin.
Ketika suhu kulit rendah, tubuh melepaskan histamin dan bahan kimia lainnya dari sel kulit.
Histamin sendiri merupakan bahan kimia yang diproduksi tubuh sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh, yang membantu melawan bakteri dan patogen asing.
“Nah, biasanya kalau gatal-gatal, yang pertama gatal, yang kedua ruam merah dan bengkak di kulit,” imbuhnya.
Pada beberapa orang, alergi ini menyebabkan pilek; Bisa juga disebabkan oleh gejala lain seperti bersin atau hidung tersumbat.
Dalam kasus yang lebih parah, beberapa orang mengalami pembengkakan atau kesulitan bernapas.
Namun, tidak semua orang mengalami alergi ini.
Hanya orang yang benar-benar alergi yang dapat membuat tubuhnya peka terhadap paparan ini. Siapa yang alergi pilek?
Menurut dr Farhan, ada beberapa kelompok yang rentan mengalami alergi dingin.
Yang pertama adalah genetika. Jadi kami memiliki alergi serupa di keluarga.
Atau ada keluarga yang mengalami paparan atau kondisi hipertermia.
Kedua, orang dengan kondisi dan masalah kesehatan tertentu.
Misalnya saja orang yang menderita penyakit atau gangguan kekebalan tubuh.
Bisa juga disebabkan oleh infeksi kronis. Faktor ketiga adalah faktor lingkungan.
“Lingkungan juga berpengaruh. Tak hanya itu, masyarakat bisa alergi terhadap suhu dingin dan panas. Debu misalnya, membuat orang tersebut semakin rentan,” jelasnya.
Keempat, pengaruh usia dan kondisi fisik.
Secara umum, alergi ini paling banyak terjadi pada remaja atau anak-anak.
Hal ini juga yang menjadi alasan mengapa sebagian orang lebih rentan terkena penyakit tersebut karena sistem kekebalan tubuh yang masih berkembang, tutupnya.