Operasi Khusus Iran Bawa Kabur 2 Pesawat A340 dari Lithuania Kagetkan Barat, Bagaimana Itu Terjadi?

Tribune News.com, Teheran – Kemampuan Iran bertahan selama bertahun-tahun di bawah sanksi keras telah menempatkan sektor penerbangan komersialnya di bawah pengawasan baru.

Bulan lalu, Iran berhasil menyelundupkan dua pesawat Airbus A340 keluar dari Lituania, sebuah tindakan yang mengejutkan negara-negara Barat.

Kedua pesawat tersebut, yang semula seharusnya terbang ke Sri Lanka dan Filipina, lepas landas dari bandara Sialia di Lituania awal tahun ini, menurut laporan.

Namun, kedua pesawat tersebut secara misterius menyimpang dari jalurnya dan dicegat oleh pengontrol lalu lintas udara dan akhirnya mendarat di Iran.

“Kedua Airbus A340 itu seharusnya melakukan perjalanan ke Asia Selatan pada bulan Februari namun masing-masing berakhir di Bandara Internasional Mehrabad di Teheran dan Bandara Chabahar di Konark,” Eurasian Times melaporkan.

Saat terbang dari Lituania, transponder di setiap pesawat – yang memungkinkan pesawat terlihat di sistem radar – dimatikan segera setelah memasuki wilayah udara Iran.

Pesawat ini dimiliki oleh perusahaan leasing Gambia Maca Invest.

Pesawat A340 ketiga milik perusahaan Gambia yang sama segera dilarang meninggalkan Lituania.

Pihak berwenang setempat khawatir pesawat tersebut mungkin mengikuti jalur yang sama dengan dua pesawat lainnya dan saat ini terjebak di Shialiai.

Orelija Quezada, direktur bandara Chiulia, mengomentari masalah tersebut.

“Pesawat itu rencananya terbang ke Filipina, tapi menurut kami bisa saja mendarat di Iran. Tidak ada yang bisa mencegahnya. Jadi ketika kami mengetahui pesawat pertama mulai mendarat di Iran, kami tidak membiarkannya begitu saja.”

Iran telah menyelundupkan pesawat tersebut ke negaranya dan kepemilikan pesawat tersebut langsung diklaim oleh Mahan Air.

Menurut analis Timur Tengah Ashish Dangwal, sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh AS terhadap program nuklir Iran telah menghalangi negara tersebut untuk membeli pesawat baru.

Penyedia layanan navigasi negara Lituania, Oro Navigachija, mengatakan tidak satu pun dari ketiga pesawat tersebut sebelumnya yang mencurigakan.

Aktivitas di luar wilayah udara Lituania tunduk pada peraturan penyedia layanan udara di negara lain.

Namun, insiden tersebut menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan otoritas Lituania.

Iran tidak mampu membeli pesawat baru.

Sektor penerbangan Iran telah lama terhambat oleh peralatan yang ketinggalan jaman dan sanksi internasional yang membatasi kemampuan negara tersebut untuk memperoleh pesawat baru.

Akibatnya, negara ini mengoperasikan salah satu armada tertua di dunia, dan maskapai penerbangan masih mengandalkan model seperti Airbus A300 dan McDonnell Douglas MD-80.

Usia rata-rata maskapai penerbangan Iran adalah sekitar 28 tahun, dua kali lipat rata-rata global. Iran Air terus mengoperasikan Airbus A300 yang hampir berusia 40 tahun.

Sanksi tersebut secara khusus menargetkan industri penerbangan Iran dan melarang pembelian pesawat yang mengandung setidaknya 10 persen komponen buatan Amerika.

Larangan ini tidak hanya berdampak pada pembelian pesawat baru Boeing, tetapi juga berdampak pada pesawat Airbus yang menggunakan komponen dan teknologi Amerika.

Kepala Otoritas Penerbangan Sipil Iran, Mohammad Mohammad-Bakhsh, menunjukkan gawatnya situasi ini dalam sebuah pernyataan tahun lalu, yang menyatakan bahwa Iran membutuhkan lebih dari 370 pesawat baru dalam beberapa tahun ke depan untuk menstabilkan sektor penerbangannya.

Dari sekitar 330 pesawat yang terdaftar di Iran, hanya 180 yang saat ini beroperasi, katanya.

Iran Setelah penerapan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) pada tahun 2015, Iran sempat melihat secercah harapan untuk memodernisasi Angkatan Laut AS.

Selama periode ini, Iran Air menandatangani kontrak senilai $25 miliar dengan Airbus untuk 118 pesawat komersial dan kontrak lain dengan Boeing untuk 80 pesawat senilai sekitar $17 miliar.

Selain itu, Aceman Airlines yang berbasis di Teheran memenangkan kesepakatan senilai $3 miliar dengan Boeing untuk 30 pesawat baru. Perjanjian dengan ATR juga menunjukkan bahwa penerbangan Iran mungkin meningkat.

Namun, peluang ini hanya berumur pendek. Penarikan diri sepihak Donald Trump dari perjanjian nuklir telah menyebabkan penerapan kembali sanksi.

Akibatnya, hanya 13 ATR dan tiga pesawat Airbus yang dikirimkan sebelum kesepakatan dibatalkan.

Kemunduran ini menggarisbawahi tantangan yang dihadapi industri penerbangan Iran dan menyoroti dampak besar perubahan geopolitik terhadap upaya negara tersebut untuk memodernisasi armadanya yang menua.

Penyelundupan seluruh pesawat ke Iran telah menjadi taktik pelarian umum di negara tersebut, dan beberapa kasus penting menggambarkan tren ini.

Salah satu contoh yang paling mencolok adalah Bek Air, maskapai penerbangan berbasis di Kazakhstan yang didirikan pada tahun 1999 yang mengoperasikan layanan reguler dari Bandara Oral Ak-Zol (URA).

Pada tahun 2017, Beck Air membeli dua Airbus A340 dari Olympic Air, yang telah disimpan di Bandara Internasional Athena (ATH) selama hampir satu dekade.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *