OJK Terbitkan Aturan Soal Transparansi Suku Bunga Dasar Kredit Bank Umum Konvensional

Laporan reporter Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan aturan dalam peraturan OJK (POJK) sesuai dengan ketentuan Pasal 8A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang transparansi bunga pinjaman bagi bank umum. Bank yaitu. perubahan terakhir atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pembangunan dan Penguatan Sektor Keuangan.

Peraturan ini mengharuskan bank umum bersikap transparan dalam menetapkan suku bunga untuk mendorong efisiensi dalam menetapkan suku bunga bank guna mendukung pembiayaan perekonomian.

Kepala Departemen Pendidikan, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi Aman Santosa menyatakan, dengan aturan terbaru ini, penerbitan SBDK lebih informatif.

Artinya, unit-unit individu yang membentuk SBDK dibubarkan dan jenis-jenis SBDK di bidang UMKM diperbanyak, tulisnya dalam keterangannya, Selasa (27/8/2024).

Dalam menyusun pemeringkatan kredit, BUK harus mempertimbangkan referensi bunga dari otoritas yang berwenang dan perkembangan ekonomi.

Aman menginformasikan, penyampaian laporan SBDK ke OJK diperlukan dalam laporan bersama OJK, BI dan LPS yang memuat Harga Pokok Kredit (HPDK), tanpa klarifikasi dan persetujuan.

“Antara lain mencakup biaya pembiayaan pihak ketiga dan biaya pembiayaan pihak ketiga,” tambah Aman. Selain itu juga harus dicantumkan biaya-biaya yang antara lain meliputi biaya pegawai di BUK, biaya promosi yang berkaitan dengan pinjaman, dan penyusutan aset.

Kemudian, besaran yang ditetapkan BUK untuk proyek alokasi kredit didasarkan pada target Return on Asset (ROA) yang ingin dicapai sesuai rencana bisnis bank setelah pajak yang dibayarkan dihitung dengan mempertimbangkan kinerja BUK. .

Aman menyatakan POJK ini mulai berlaku sejak diumumkan.

Menurut Aman, laporan detail SBDK tersebut akan disampaikan kepada OJK paling lambat pada tanggal 15 setiap bulannya. Sanksi atas kesalahan deklarasi SBDK digolongkan, antara lain denda maksimal 15 miliar TDR.

Aman mengatakan, diharapkan dapat meningkatkan perbandingan pengelolaan, periklanan dan penyampaian SBDK dengan menerbitkan SBDK POJK, sebagai perbandingan, edukasi dan perlindungan konsumen serta sosialisasi kebijakan moneter.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *